Jakarta (Antara Bali) - Pakar kesehatan dr Hario Tilarso mengatakan banyak berkeringat belum tentu bisa membakar lemak atau kalori yang ada di dalam tubuh.
"Untuk membakar kalori tidak bisa dilihat atau diukur melalui keluarnya banyak keringat," kata dr Hario ketika berdiskusi tentang pola hidup sehat selama bulan puasa di Jakarta, Sabtu.
Keringat keluar karena usaha tubuh untuk menyesuaikan suhu badan terhadap lingkungan, jika lingkungan panas maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan keringat untuk mendinginkan.
"Keluar keringat tanpa gerak tubuh atau olahrga itu hanya akan kehilangan cairan, bukan kalori, kecuali keringat tersebut dari hasil olah tubuh maka kalori akan ikut terbuang," katanya.
Ia menjelaskan selama ini banyak masyarakat yang keliru akan anggapan tersebut. Berolahraga pada panasnya cuaca siang hari dengan menggunakan jaket parasut menurutnya kurang tepat.
"Parasut dan cuaca panas, maka otomatis akan banyak cairan yang terbuang, bukan kalori, begitu juga dengan sauna, hanya keringat yang keluar," tuturnya.
Maka pilihannya adalah menjaga pola makan, dan olahraga yang teratur, bukan olahraga yang berat-berat namun tidak tepat polanya.
Kalau tidak pada kondisi puasa, bisa jogging salama satu jam dalam sehari itu sudah cukup untuk menjaga badan.
Karena manfaat olahraga adalah untuk menguatkan tulang dan otot, mengurangi risiko osteoporosis atau pengeroposan tulang.
"Angkat beban bisa menjadi alternatif, tidak perlu berat-berat semampunya saja, yang penting bisa menguatkan tulang," katanya.
Risiko kurang olahraga adalah mudah stres, sulit tidur, nafsu makan kurang, mudah lelah dan daya tahan tubuh yang tidak stabil.
Oleh karena itu olahraga dan pola makan yang sehat harus beriringan, tidak terlalu banyak gula dan lemak, cukup ada karbohidrat, protein dan buah-buahan sebagai vitamin yang diperlukan tubuh. (WDY)