Denpasar (Antara Bali) - Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI) Provinsi Bali merintis pengembangan pertanian terpadu, sekaligus mencetak petani terampil di atas areal seluas 200 hektare di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
"Lahan pertanian itu sebagian milik warga setempat dikembangkan menjadi `dharma desa` dan `desa dharma` dengan kucuran dana sekitar Rp5 miliar," kata Ketua Perhimpinan Indonesia-Tionghoa Provinsi Bali Sudiarta Indrajaya SE., SAg di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, di pusat pengembangan pertanian itu yang lokasinya sekitar 35 kilometer utara Denpasar akan dibangun gedung sebagai tempat pelatihan anak-anak muda menggeluti bidang pertanian.
Fasilitas tempat pelatihan itu dibangun di atas lahan satu hektare, dengan harapan segera dapat terealisasi.
Sudiarta Indrajaya menambahkan, petani yang terhimpun dalam kawasan pertanian perpadu itu mendapat subsidi Rp3 juta per bulan setiap kepala keluarga (KK), di samping hasil dari pertanian yang digelutinya.
Usaha yang telah dirintis sejak 1,5 tahun lalu juga dipadukan dengan penyerapan teknologi bidang pertanian, pengembangan nilai-nilai spiritual dan pariwisata berbasis pedesaan.
"Jika proyek rintisan itu dapat berhasil akan memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada petani dan lingkungan sekitarnya yang lebih luas," kata Sudiarta Indrajaya.
Ia mengharapkan dukungan dan peran serta semua pihak, khususnya 12 dekan fakultas pertanian perguruan tinggi negeri dan swasta di Bali dan pusat penelitian subak Universitas Udayana dapat berperanserta mempercepat terwujudkan sasaran proyek pembangunan pertanian tersebut. (WDY)