Denpasar (Antara Bali) - Omset penjualan busana muslim menjelang Hari Raya Idul Fitri 1436 H diperkirakan akan turun mencapai 20 persen, akibat hari raya kali ini jatuhnya hampir bersamaan dengan tahun ajaran baru bagi anak-anak sekolah.
"Untuk itu keperluan anak-anak sekolah menjadi prioritas untuk dipenuhi, dibandingkan dengan membeli baju untuk hari raya," kata Lina (34), seorang penjual baju muslim di Jalan Nusa Kambangan Denpasar, Rabu.
Wanita yang sudah enam tahun berpengalaman menjual baju muslim di Pulau Dewata itu mengaku cukup memahami kondisi masyarakat menjelang hari raya. Lina merintis usaha dari nol dengan menjual baju kaos khas Bali kepada wisatawan di hotel tempatnya menginap kini sudah mulai menampung enam pekerja dengan menjual berbagai jenis busana.
Meskipun konsumen yang datang ke tokonya kelihatan sepi, namun setiap harinya ada saja yang berbelanja ke toko khusus yang memajangkan aneka jenis busana muslim, baik untuk wanita maupun pria dari semua umur. "Menjelang bulan puasa rata-rata mendapat jualan sekitar Rp15 juta/hari, bahkan pada tahun lalu bisa mencaapai Rp20-Rp30 juta," ujar Lina.
Busana yang dipajangkan dan menjadi sasaran konsumen antara lain Gamis Syar`i yang sering dipakai sehari hari sekaligus busana ke kantor. Busana muslim yang dijual tersebut didatangkan dari Bandung, Jakarta dan produk Bali sendiri. Baju yang paling murah seharga Rp500.000 per buah dibuat dari bahan sifon, seroti, dan jersy.
Namun ada pula busana itu dibuat dari bahan impor yang didatangkan dari sejumlah negara, sehingga harganya lebih mahal dibanding bahan dalam negeri yang bisa mencapai Rp3 juta/buah.
Para perancang busana muslim dari Bali sendiri juga memproduksi pakian hijab menggunakan motif endek yang bernuansa khas daerah setempat. Busana itu dilengkapi dengan berbagai jenis perhiasan (aksesoris) yang harganya bervariasi mulai dari Rp5.000 hingga Rp 1,3juta. (WDY)
Omset Penjualan Busana Muslim Turun
Rabu, 27 Mei 2015 12:31 WIB