Denpasar (Antara Bali) - Alat musik tradisional buatan perajin Bali semakin lesu yang memasuki pasar ekspor sehingga berdampak terhadap perolehan devisanya yang berkurang hingga 14 persen periode tujuh bulan I-2010.
Kepala Seksi Ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, Putu Bagiada SE ketika dihubungi di Denpasar Sabtu, membenarkan berkurang ekspor alat musik tradisional itu akibat krisis ekonomi global yang belum pulih.
Ia menyebutkan, perdagangan alat musik tradisional itu masih ada hanya saja jumlah barang maupun perolehan devisanya berkurang menjadi hanya 627 ribu dolar AS atas pengapalan 28 ribu pcs selama Januari-Juli 2010.
Sedangkan pada periode sama tahun 2009 mencapai 48 ribu pcs seharga 738 ribu dolar, ini artinya baik volume pengiriman turun hingga 41 persen dan perolehan devisanya juga berkurang hingga 14 persen, kata Bagiada.
Merosot perdagangan luar negeri alat musik tradisional tersebut menyebabkan para perajin yang memproduksinya sebagian besar berada di Gianyar banyak mengalihkan profesinya ke sektor lain terutama kerajinan kayu.
Made Suweta perajin sekaligus pengusaha kerajinan bambu asal Gianyar mengatakan, peminat alat musik tradisional Bali dengan bahan baku bambu seperti angklung dan seruling di luar negeri makin berkurang.
Kondisi tersebut diharapkan akan bersifat sementara, dan mudah-mudahan resesi ekonomi global akan cepat teratasi oleh pemerintah yang merasakannya sehingga perdagangan alat musik tradisional Bali cerah kembali.
Turis asing yang berlibur ke Bali memang bertambah banyak termasuk yang datang ke bengkel kerjanya di Gianyar, namun mereka (turis-red) yang melihat-lihat saja tidak ada yang membeli barang seni yang dijualnya.
Masyarakat Internasional yang berlibur ke Bali umumnya sempat menyaksikan atraksi kesenian daerah, seperti tari barong dan keris, legong, cak dan sebagainya, setelah menyaksikan itu, baru tertarik membeli alat musik tradisional.
Biasanya setelah menyaksikan berbagai jenis kesenian, para turis asing ingin memiliki alat musik tradisional sejenis seruling, angklung bambu maupun alat musik tradisional daerah lainnya di Indonesia, kata Suweta.(*)