"Kami mendukung langkah-langkah para tokoh PHI Bali untuk mendirikan sekolah dalam upaya memberikan kesempatan bagi Tionghoa dan juga warga lokal pada umumnya mendalami bahasa Mandarin," katanya pada perayaan HUT Ke-10 Hainan School Bali sekaligus merayakan Imlek 2566 di Denpasar, Sabtu malam.
Ia mengatakan kehadiran sekolah ini akan menjadi barometer perkembangan lebih luas bahasa Mandarin di Indonesia. Terlebih di Bali sebagai tujuan wisata internasional, salah satunya wisatawan asal Tiongkok akan semakin meningkat. "Menguasai bahasa Mandarin akan memberi peluang secara ekonomis, karena sektor pariwisata Indonesia, khususnya di Bali akan semakin banyak kedatangan wisatawan asal Negeri Tirai Bambu," ucapnya.
Jauhari menyatakan bangga keberadaan sekolah di Bali, karena dalam kurun waktu 10 tahun sudah banyak siswanya. Dengan demikian perkembangan bahasa Mandarin pun akan lebih cepat berkembang di Pulau Dewata. "Kami bangga dengan PHI Bali dan para guru pengajar karena mampu mengembangkan sekolah ini dengan pesat," katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Provinsi Bali Sudiarta Indrajaya mengatakan berawal kepedulian dan ingin menjalin persahabatan negeri Tiongkok maka perkumpulan Hainan di Pulau Dewata mendirikan sebuah sekolah pada 2005 dengan nama Hainan School Bali.
Sementara itu, Sekretaris Hainan Bali, Sudiarta Indrajaya mengatakan berdirinya sekolah Hainan School Bali berawal dari kepedulian terhadap sesama warga Hainan yang karena keterbatasan ekonomi ada yang belum dapat menyekolahkan anaknya dengan baik. Dengan motto "Kita adalah Saudara" meskipun banyak keterbatasan, berkat kekompakan internal termasuk para sesepuh,
Dikatakan, Ketua Hainan Bali Hendra Pangestu memberanikan diri mendirikan Hainan School Bali untuk memfokuskan diri dalam pendidikan karena ingin memberikan yang terbaik.
"Prinsip kami di Hainan Bali memberikan pengetahuan memberikan kehidupan, memberikan pengetahuan bahkan melebihi pemberian materi, terang Sudiarta yang juga Ketua INTI Bali.
Dikatakan keberadaan Hainan School Bali melalui perjuangan panjang, sejak Hainan School berdiri pada tahun 2005 di Jalan
Singosari Denpasar dengan tenaga pengajar tiga orang guru.
Kemudian tumbuh berkembang pada tahun 2007 menempati ruko lantai III di Jalan Maluku dan 2010 pindah ke Jalan Tukad Badung, Renon, Denpasar dengan lokasi cukup memadai.
Kemudian tumbuh berkembang pada tahun 2007 menempati ruko lantai III di Jalan Maluku dan 2010 pindah ke Jalan Tukad Badung, Renon, Denpasar dengan lokasi cukup memadai.
"Siswa Hainan School mulai dari taman bermain (play grup) hingga sekolah dasar. Bahkan bagi warga tak mampu diberikan gratis dengan mencari bapak asuh. Sekarang Hainan School Bali tidak saja menampung warga keturunan Tionghoa, tapi juga warga masyarakat lokal. Siswa sampai saat ini tercatat lebih dari 300 orang dengan tenaga pengajar 30 orang guru, dan lebih dari 80 persen warga non Tionghoa dari berbagai elemen masyarakat," katanya.
Perkembangan ini sangat membahagiakan hati, karena semakin banyak masyarakat di Bali yang memiliki pengetahuan dan kemampuan berbahasa Mandarin maka masa depan generasi muda di Bali akan lebih siap menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan persaingan global dengan tetap berpegang teguh pada kekuatan budaya Bali yang luhur. Meskipun nama sekolah ini Hainan School tapi keberadaan kini telah tumbuh menjadi kebanggaan bersama.
Disela sela acara Ketua Hainan Bali yang juga penggagas Hainan School, Hendra Pangestu mengungkapkan kebahagiaanya karena prestasi anak didik Hainan School juga sangat menggembirakan, tahun lalu sembilan siswa SD yang tamat semua mendapatkan nilai A. (WDY)