Jakarta (Antara Bali) - Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengungkapkan keikutsertaan kapal riset Baruna Jaya 1 (BJ1) mencari pesawat AirAsia QZ8501 adalah atas perintah Presiden Joko Widodo.
"Selain itu ekspedisi BJ1 ini juga sebagai bentuk partisipasi BPPT dalam memberikan solusi teknologi, dan investigasi mengenai lokasi jatuhnya pesawat Air Asia," kata Unggul ketika mengunjungi Puskodal Operasi KR Baruna Jaya BPPT di Jakarta, Minggu.
Kapal riset BJ1 adalah wahana yang bisa digunakan untuk bermacam keperluan, termasuk mencari objek bawah laut seperti kapal dan pesawat tenggelam. Selain itu, membantu pemasangan alat deteksi tsunami hingga untuk survei potensi kekayaan alam di dasar laut.
"Sebenarnya fungsinya banyak tergantung alat yang dimiliki dan misi yang diemban," ujar dia.
Keunggulan Kapal Baruna Jaya, menurut dia, terletak pada peralatan yang dimiliki seperti multibeam echo sounder yang dapat mendeteksi benda di bawah laut. Selain itu, ada sonar untuk memastikan, dan magnetoneter untuk membedakan logam dari gundukan biasa.
"Pada ekspedisi ini Baruna Jaya bekerja sama dengan perusahaan swasta yang memiliki ROV (remotely operated vehicle) untuk membantu memastikan prediksi posisi badan pesawat Air Asia," ujar dia.
Baruna Jaya pernah membantu operasi SAR mengidentifikasi lokasi reruntuhan Jembatan Kutai Kertanegara yang ambruk, mencari Kapal Feri Bahuga yang tertabrak tanker, serta membantu pencarian Pesawat Adam Air di Selat Makassar pada kedalaman 2.000 meter di dasar laut. (WDY)