Jakarta (Antara Bali) - Bank Pembangunan Asia (ADB) mendorong penyebaran teknologi rendah karbon untuk mempercepat transfer teknologi tersebut ke berbagai negara berkembang di kawasan Asia untuk mengurangi emisi karbondioksida.
"Kami butuh memastikan lebih lancarnya aliran teknologi rendah karbon ke kawasan Asia sehingga dapat memitigasi dan mengadaptasi kepada perubahan iklim," kata Wakil Presiden ADB untuk Manajemen Pengetahuan dan Pembangunan Berkelanjutan Bindu N Lohani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia menyatakan, negara-negara berkembang Asia sangat membutuhkan teknologi tersebut yang mencakup pihak pembuat, pengembang proyek, dan pemerintahan.
Sedangkan pihak penjual dari teknologi tersebut dapat merupakan perusahaan perancangan inovasi, laboratorium universitas, dan perusahaan multinasional yang menjual hak kepemilikan intelektual.
ADB yang berbasis di Manila itu juga memiliki tujuan untuk mengurangi kemiskinan di kawasan Asia-Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi, lingkungan berkelanjutan, serta integrasi regional.
Lembaga keuangan multilateral yang berdiri sejak 1966 itu memiliki 67 anggota, di mana 48 anggota diantaranya berasal dari kawasan Asia-Pasifik.
Pada tahun 2013, ADB memberikan bantuan asistensi yang memiliki total sebanyak 21 miliar dolar AS, termasuk pembiayaan bersama sebesar 6,6 miliar dolar AS.
Sebelumnya, peneliti Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Dr Agus Supangat mengatakan perlu dirancang teknologi rendah karbon sebagai upaya mengurangi emisi gas rumah kaca yang intensitasnya sudah mengkhawatirkan.
Jika kita tidak bergerak cepat untuk beralih ke teknologi rendah karbon, emisi global diperkirakan akan terus meningkat, kata Koordinator Divisi Peningkatan Kapasitas Penelitian dan Pengembangan DNPI Agus Supangat di Jakarta, Senin (1/12).
Ia mengatakan teknologi rendah karbon dapat diterapkan dengan mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan yang biayanya juga terjangkau dan mudah digunakan. (WDY)