Jakarta (Antara Bali) - Beberapa dari kita mungkin seringkali mendengar
berbagai hal seputar merokok, namun terkadang tak benar-benar yakin
apakah hal yang didengar itu fakta atau hanya mitos.
Berikut ini terdapat lima fakta dan mitos seputar rokok berdasarkan
hasil penelitian yang dihimpun tim Nutrifood Research Center (NRC) dalam
buku "101 Mitos Kesehatan" yang diluncurkan Rabu (3/12) di Jakarta.
1.
Bau rokok berbahaya
Sekalipun rokok telah dimatikan dan asapnya tidak lagi tampak, rokok
masih tetap berbahaya. Residu nikotin dari asap rokok akan menempel pada
permukaan furnitur dan pakaian, lalu bereaksi dengan gas nitrogen yang
terdapat di udara bebas.
Hasilnya adalah senyawa tobacco-spesific nitrosamines (TSNAs)
yang mampu menyebabkan kanker bila terhirup. Senyawa ini bisa bertahan
hingga berbulan-bulan dan terdapat lebih banyak di dalam ruangan
daripada di luar ruangan.
2. Merokok menghambat pertumbuhan otot
perokok lebih sulit membentuk otot dibandingkan orang yang tidak
merokok. Asap rokok yang dihirup meningkatkan kadar radikal bebas dalam
tubuh sehingga menghambat pertumbuhan otot.
Kemudian, menurut penelitian gabungan universitas di Inggris dan
Denmark, diketahui, merokok juga mengaktifkan gen yang berperan di
dalam penguraian otot sehingga lebih banyak otot yang diurai daripada
dibentuk.
3. Merokok menyebabkan mandul
karena asap rokok dapat merusak materi genetika di dalam sel sperma
sehingga menurunkan kualitas sperma. Pada pria perokok, jumlah,
pergerakan, kualitas sperma dan cairan sperma relatif kurang.
Sementara pada perempuan perokok, diketahui 60 persen lebih
tinggi berisiko tidak memiliki anak dibandingkan perempuan yang tidak
merokok.
4. Sering merokok membantu menguruskan tubuh adalah mitos
Beberapa orang cenderung "melengkapi' diet-nya dengan merokok
untuk menekan nafsu makan. Namun, perlu diketahui kalau dalam tubuh
perokok terdapat kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan
non-perokok.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam American Journal of
Clinical Nutrition pada 2009 lalu, orang yang merokok memiliki indeks
massa tubuh lebih tinggi dibandingkan perokok ringan atau non perokok.
Sekalipun begitu, penyebab hal ini masih belum bisa dipastikan.
Namun, perokok cenderung mengadopsi gaya hidup yang turut memperlebar
lingkar pinggang, seperti malas berolahraga, atau memilih makanan yang
kurang sehat.
5. Berhenti merokok itu mudah hanya mitos
Seperti halnya kebiasaan lain, berhenti merokok tidaklah mudah. Beberapa
gejala, seperti sakit kepala, ketagihan, perasaan gelisah, serta mulut
yang asam dan kering nyatanya mampu mematahkan niat murni berhenti
merokok. Hal ini seperti dilansir laman About.com. (WDY)
"101 Mitos Kesehatan" Ungkap Mitos dan Fakta Seputar Merokok
Kamis, 4 Desember 2014 7:03 WIB