Sydney (Antara Bali) – Raksasa teknologi Google mengusung perlawanan terhadap pencurian ikan secara online, dengan perusahaan itu pada Jumat meyingkap sebuah alat di Australia yang memanfaatkan data satelit untuk melacak ribuan kapal secara aktual.
Sebuah prototipe alat interaktif, yang dikembangkan secara gabungan dengan aktivis lingkungan SkyTruth dan kelompok advokasi laut Oceana, diluncurkan di acara World Parks Congress di Sydney.
Alat itu adalah manuver terbaru dari pecinta lingkungan untuk melawan pencurian ikan, yang menurut perkiraan Global Ocean Commission (Komisi Kelautan Dunia) merugikan perekonomian dunia hingga 23,5 miliar dolar AS (sekitar R287,1 triliun) setahun.
“Walaupun banyak tren lingkungan di laut yang wajar, kombinasi dari komputasi cloud dan data dalam jumlah besar membuat alat baru tersebut mampu memvisualisasikan, memahami dan berpotensi membalik tren tersebut,†kata Brian Sullivan dari bagian Earth Outreach and Oceans di Google.
Alatnya menggunakan poin data dari jaringan Automatic Identification System, yang mengambil pancaran GPS dari sebuah lokasi kapal untuk memetakan pergerakannya.
Prototipe tersebut sudah melacak lebih dari 3.000 kapal nelayan, dengan sebuah alat publik yang direncanakan akan diluncurkan kemudian.
SkyTruth mengatakan sistemnya, yang hanya akan mengawasi kapal nelayan, akan membuat aktivitas yang biasanya tidak terlihat bagi masyarakat umum jadi bisa dilihat.
“Begitu banyak hal yang terjadi di laut terbuka tidak bisa dilihat, dan hal itu jadi halangan besar dalam memahami dan menunjukkan kepada dunia apa saja yang sedang terancam di lautan,†kata presiden sekaligus pendiri John Amos.
Data satelit akan membuat interaksi antara manusia dan laut bisa lebih transparan dari sebelumnya.â€(MFD)