Beijing (Antara Bali) - Indonesia kembali memperjuangkan "Crude Palm Oil"
atau minyak sawit mentah dan karet masuk dalam daftar produk ramah
lingkungan atau "environmental good list" pada pertemuan APEC 2014 di
Beijing, Tiongkok, 5-12 November.
"Kami kawal dan perjuangkan
terus agar beberapa produk berbasis pertanian dan kehutanan masuk
sebagai produk ramah lingkungan (environmental good list)," kata Dirjen
Kerja Sama Perdagangan Internasional Kemendag Bachrul Chairi kepada
Antara di Beijing, Kamis.
Dalam pertemuan APEC 2014, Indonesia
kembali mengajukan produk yang berkontribusi kepada pembangunan
pedesaan, pengurangan kemiskinan da pembangunan berkelanjutan.
Tidak
hanya CPO dan karet, Indonesia juga mengajukan ikan, rotan dan kertas,
sehingga total jumlah HS (Harmonized System) yang diajukan Indonesia 15
HS.
"Ada 15 HS yang diajukan Indonesia yakni CPO (empat HS),
karet (1), kertas (5), Rotan (3) dan ikan dua HS. Sekarang pada tahap
pendalaman dan pengkajian di policy support unit (PSU) APEC," kata
Bachrul.
Upaya Indonesia untuk memasukkan empat produk itu pada
APEC 2014, dengan memberikan gambaran rinci tentang produk dimaksud dan
dampaknya bagi pembangunan pedesaan, pengurangan kemiskinan dan
pembangunan berkelanjutan.
"Kami menggandeng, semua pihak terkait
termasuk asosiasi dari masing-masing produk, masyarakat setempat untuk
meyakinkan Ekonomi APEC bahwa produk-produk tersebut layak untuk masuk
dalam produk ramah lingkungan serta dapat diperdagangkan di APEC,"
tuturnya.
Bachrul mengatakan dengan adannya pengakuan APEC
terhadap produk itu maka tidak ada hambatan dalam memperdagangkan produk
itu di APEC, baik hambatan tarif maupun nontarif.
"Dengan
ketiadaan hambatan perdagangan terhadap komoditi itu, maka akan
meningkatkan ekspor Indonesia di APEC, sehingga para petani sawit, karet
, nelayan, Indonesia akan dapat merasakan manfaat yang lebih besar,"
tutur Bachrul.
Persetujuan APEC mendukung pengembangan perdagangan
produk yang berkontribusi pada pertumbuhan berkelanjutan, pembangunan
perdesaan, dan pengurangan kemiskinan akan membuat produk yang diusulkan
Indonesia makin kompetitif.
Produk unggulan Indonesia ini bisa memperoleh pengurangan bea masuk hingga tinggal lima persen, sehingga ekspor meningkat.
Ia
mengungkapkan hasil kajian PSU yang disetujui Ekonomi APEC akan dirilis
pada 2015. "Semoga produk yang kita ajukan masuk persetujuan dan
mencapai Konsensus APEC. Ini yang kita perjuangkan kembali di APEC
Beijing," kata Bachrul Chairi. (WDY)
Indonesia Kembali Perjuangkan CPO di APEC 2014
Kamis, 6 November 2014 11:57 WIB