Denpasar (Antara Bali) - Seorang Budayawan Bali, Wayan Geriya mengatakan, Denpasar ibukota Provinsi Bali sebagai kota pusaka dan kreatif memposisikan pusaka budaya dan kreativitas masyarakat sebagai representasi kota budaya dan budaya kota.
"Semua itu perlu tumbuh dan berkembang dalam satu nafas yang konstruktif, sinergis dan harmonis berbasis spirit," kata Wayan Geriya yang juga ketua tim penulisan buku "Jelajah Keris Bali Proses Kreatif Dalam Pembuatan dan Perawatan" yang diterbitkan Pemkot Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, "spirit heritage" yang secara esensial adalah perwujudan kultur tentang konvergensi kearifan lokal, nasional dan kearifan universal.
Pada era kesejagatan revitalisasi spirit heritage memperoleh relevansi dan momentum untuk lebih diapresiasi, disosialisasikan dan dipublikasikan.
Wayan Geriya menambahkan, pelaksanaan penelitian dan penerbitan buku seri dua Jelajah Keris Bali sangat dirasakan berkat inspirasi dan bantuan dari berbagai pihak.
Buku tersebut merupakan hasil kajian pustaka dan lapangan dengan fokus tentang proses kreatif dalam pembuatan dan perawatan keris sebagai pustaka budaya.
Penerbitan buku tersebut diharapkan mampu memberikan fungsi ganda yakni menyajikan informasi tentang keris Bali secara komprehensif berbasis kajian ilmiah agar tumbuh semangat sadar pusaka dan cinta bangsa.
Selain itu mampu melestarikan keris pusaka yang kaya karakter, nilai dan makna peradaban, ujar Wayan Geriya yang juga mantan dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Wayan Geriya menambahkan, penerbitan buku tentang keris tersebut dilatarbelakangi begitu besarnya kepedulian masyarakat Bali, khususnya Kota Denpasar terhadap keris sebagai representasi ageman jatidiri.
Selain itu juga memiliki fungsi sosial, nilai kultural spiritual dan taksu, sekaligus bukti respon kreatif terhadap penghargaan UNESCO yang telah menetapkan keris sebagai warisan budaya yang ditetapkan sejak 2005.
Peringatan hari Tumpek Landep, ritual persembahan khusus untuk keris pusaka yang dirayakan setiap enam bulan (210 hari) sekali merupakan salah satu hari suci umat Hindu untuk memohon keselamatan kehidupan.
Makna esensial untuk memperkokoh kehidupan harmoni dan bhakti antara manusia terhadap tuhan, alam dan sesama manusia searah dengan filosofi "Tri Hita Karana".
Buku tentang keris Bali itu diharapkan mampu memenuhi ekspektasi publik dalam penguatan dimensi spiritual masyarakat dan bangsa. Selain itu mengokohkan jati diri dan ageman diri sebagai manusia berkarakter, memiliki ketajaman pikiran rasa dan nurani.
Demikian juga mampu menumbuh kembangkan toleransi, sikap paras-paros berwawasan multikultural dan mengapresiasi nilai-nilai publik yang luhur dan damai. (WDY)
Budayawan: Denpasar Kota Pusaka dan Kreatif
Jumat, 17 Oktober 2014 15:06 WIB