Denpasar (Antara Bali) - Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) menggelar kegiatan "half day workshop" di Sanur, Denpasar, Bali, sebagai persiapan untuk pendaftaran sebagai Kota Pusaka Dunia UNESCO.
"Workshop diadakan untuk memotivasi tiga Kota Pusaka di Indonesia agar bersiap dalam pengajuan pengakuan Kota Pusaka Dunia," kata Ketua Dewan Pimpinan BPPI Catrini P Kubontubuh di Denpasar, Selasa.
Tiga kota di Indonesia yang tengah dalam pengajuan untuk menjadi Kota Pusaka Dunia adalah Jakarta, Semarang dan Sawahlunto di Sumatera Barat.
"Bali memang indah dan budayanya menarik, tapi memang belum diajukan karena harus ada integrasi berbagai aspek. Tidak hanya dari sisi pelestarian budaya, tapi masalah pendokumentasian dan masterplan suatu daerah, harus tertata juga," ujar Catrini.
Dia melanjutkan, pada workshop kali ini, sengaja menghadirkan narasumber dari Malaysia, untuk berbagi pengalaman dari Goergetown, Pulau Penang.
Sementara itu, Clement Liang, Honorary Secretary Penang Heritage Trust menyatakan, di Malaysia untuk mempertahankan bidang pelestarian suatu objek, maka diterapkan Undang-Undang di mana pemilik suatu bangunan kuno tidak berhak mengubah bangunan atau merobohkannya tanpa izin pemerintah. Jika ketentuan ini dilanggar, ada sanksi denda yang dikenakan kepada pemilik bangunan kuno.
Kenyamanan pengunjung di Goergetown pun mendapat perhatian pemerintah, di mana ada `public bus` yang melewati destinasi dan setiap 15 menit terdapat bus gratis bagi pengunjung.
"10 tahun lagi direncanakan ada trem, sehingga pada saatnya nanti kawasan lama akan tertutup bagi mobil. Hanya diperuntukkan bagi transportasi umum," ucap Clement.
Masalah ketinggian bangunan, katanya, tak luput mendapat perhatian tersendiri. Bangunan di Georgetown tidak boleh melebihi 18 meter. Setidaknya bangunan di kota itu kurang lebih 12 meter.
Dikatannya, belakangan permasalahan di Goergetown terutama berkaitan dengan banyaknya bangunan lama yang tidak diurus pemiliknya. Bahkan, kini ada 130 bangunan yang dibiarkan sehingga menjadi sarang walet.
"Bangunan itu sengaja dibiarkan gelap dan tertutup rapat seperti goa dan akhirnya menjadi habitat walet. Malah kini menjadi hotel burung walet," ujarnya.
Dia mengatakan, kondisi fenomena hotel burung walet tentu menjadi suatu perkembangan yang memprihatinkan. Demi meningkatkan rasa cinta masyarakat pada sejarah, salah satu kiat pemerintah adalah murid sekolah digratiskan untuk mengunjungi situs seperti masjid atau kelenteng kuno, serta bangunan bersejarah. (WDY)
BPPI Gelar "Half Day Workshop" di Denpasar
Selasa, 12 Januari 2016 14:28 WIB