Jakarta (Antara Bali) - Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny
Indrayana mengungkapkan isi Peraturan pemerintah pengganti
Undang-Undang No 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota (Perppu Pilkada).
"Substansi Perppu No 1/2014 adalah
jawaban atas kritik, masukan dan hasil evaluasi yang selama ini banyak
disuarakan berbagai pihak," kata Denny dalam siaran pers yang diterima
di Jakarta, Jumat.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis
(2/10) menandatangani dua Perppu yaitu Perppu No 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sekaligus mencabut UU No 22
tahun 2014 yang mengatur pemilihan tidak langsung oleh DPRD dan Perppu
No 2 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menghapus tugas dan
kewenangan DPRD untuk memilih kepala daerah sebagaimana tercantum dalam
UU No 23 tahun 2014 tentang Pemda.
Isi Perppu Pilkada:
1. Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota langsung oleh rakyat (Pasal 1 angka 1 dan Pasal 2)
2. Mencabut dan menyatakan tidak berlaku UU No 22 tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, yang mengatur pelaksanaan
Pilkada secara tidak langsung oleh DPRD (Pasal 205).
3. Adanya
uji publik calon kepala daerah agar dapat mencegah calon yang
integritasnya buruk dan kemampuannya rendah. (Pasal 1 angka 2, Pasal 3
ayat (2), Pasal 5 ayat (3) huruf b, dan Pasal 7 huruf d).
4.
Penghematan atau pemotongan anggaran Pilkada secara signifikan (Pasal 3,
Pasal 65 ayat (1) huruf c, d, e dan f, serta ayat (2), dan Pasal 200).
5. Pembatasan kampanye terbuka agar menghemat biaya dan mencegah konflik horizontal (Pasal 69).
6. Pengaturan akuntabilitas penggunaan dana kampanye (Pasal 74, Pasal 75 dan Pasal 76).
7. Larangan politik uang dan biaya sewa parpol pengusung yang dapat
berdampak pada tindakan penyalahgunaan wewenang (Pasal 47).
8. Larangan kampanye hitam yang dapat menimbulkan konflik horizontal (Pasal 68 huruf c).
9. Larangan pelibatan aparat birokrasi yang meyebabkan Pilkada tidak netral (Pasal 70).
10. Larangan mencopot jabatan aparat birokrasi pasca-Pilkada karena dianggap tidak mendukung calon (Pasal 71).
11. Pengaturan yang jelas, akuntabel dan tranparan terkait penyelesaian sengketa hasil Pilkada (Bab XX Pasal 136 sd 159).
12. Pengaturan tanggung jawab calon atas kerusakan yang dilakukan oleh pendukung (Pasal 69 huruf g, Pasal 195).
13. Pilkada serentak (Pasal 3 ayat (1)).
14. Pengaturan ambang batas bagi Parpol atau gabungan Parpol yang akan mendaftarkan calon di KPU (Pasal 40, Pasal 41).
15. Penyelesaian sengketa hanya 2 tingkat, yaitu Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung (Pasal 157).
16. Larangan pemanfaatan program/kegiatan di daerah untuk kegiatan kampanye petahana (Pasal 71 ayat (3)).
17.Gugatan perselisihan hasil Pilkada ke Pengadilan Tinggi atau
Mahkamah Agung hanya dapat diajukan apabila mempengaruhi hasil penetapan
perolehan suara oleh KPU secara signifikan (Pasal 156 ayat (2).
Agar
regulasinya tidak saling bertentangan, Presiden juga menerbitkan Perppu
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Perppu Pemda).
Menurut Denny, Perppu tersebut berisi dua hal penting.
Pertama,
menghapus tugas dan wewenang DPRD provinsi untuk mengusulkan
pengangkatan dan pemberhentian gubernur dan atau Wakil Gubernur kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan dan atau pemberhentian (Pasal I angka 1).
Kedua,
menghapus tugas dan wewenang DPRD Kabupaten/Kota untuk mengusulkan
pengangkatan dan pemberhentian Bupati/walikota dan/atau wakil
bupati/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan
dan/atau pemberhentian (Pasal I angka 2). (WDY)
Wamenkumham Sampaikan Isi Perppu Pilkada
Jumat, 3 Oktober 2014 13:56 WIB