Jakarta (Antara Bali) - Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Mirza
Adityaswara memprediksi setiap kenaikan harga bahan bakar minyak
bersubsidi sebesar Rp1.000 per liter akan menyumbang inflasi pada
kisaran 1 persen-1,5 persen.
"Setiap kenaikan harga BBM Rp1.000 akan menyumbang inflasi 1
persen-1,5 persen pada akhir 2014 sehingga, jika kenaikkannya Rp3.000,
sumbangan terhadap inflasi mencapai 3 persen-4,5 persen," kata Mirza
Adityaswara di Jakarta, Jumat.
Mirza mengatakan apabila harga BBM bersubsidi naik Rp3.000 per
liter, total inflasinya 4,4 persen ditambah 3 persen - 4,5 persen
menjadi 7,4 persen-8,9 persen.
Namun, lanjut Mirza, angka inflasi tersebut dapat ditekan dengan
skema menetapkan harga jual sesuai dengan harga internasional, namun
tetap terdapat subsidi yang nilainya tetap.
Mirza menambahkan, skema ini menetapkan harga jual sesuai dengan
harga internasional namun tetap ada subsidi yang nilainya tetap,
misalnya untuk harga internasional Pertamax yang sebesar Rp11.500 dengan
subsidi tetap Rp 2.500 maka harga jualnya adalah Rp 9.000.
"Namun jika harga minyak dunia naik dan harga internasional menjadi
Rp12.000 maka harga jual juga naik menjadi Rp 9.500 per liter," ujar
Mirza.
Menurutnya, Indonesia pernah menerapkan skema tersebut, namun tidak
bertahan lama, karena beberapa tahun mendatang skemanya kembali seperti
semula dan berjalan hingga saat ini.
"Hanya bertahan 1 tahun-1,5 tahun kemudian dibatalkan dan kemudian
malah memberatkan. Kalau ada subsidi fix ini sebenarnya inflasi lebih
terkendali daripada disubsidi penuh lantas kemudian dicabut, inflasinya
akan parah," ujar Mirza. (WDY)
Kenaikan BBM Rp1.000 Sumbang Inflasi 1,5 Persen
Jumat, 19 September 2014 20:40 WIB