Yangon (Antara Bali) - Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, Pemerintah Myanmar cepat dalam menanggapi tawaran dari Indonesia untuk membantu melengkapi peralatan pertahanan keamanannya.
"Ini mempermudah untuk mengimplementasikan tahap selanjutnya," kata Sjafrie dalam ramah tamah di Kedutaan Besar RI di Yangon, Myanmar, Sabtu.
Hadir pula pada acara itu Duta Besar Myanmar untuk ASEAN Min Lwin serta anggota Komisi I DPR RI Evita Nursanty dan Susaningtyas Nefo Handayani.
Ia mengatakan, lawatan kerja ke Myanmar 11-13 September 2014 merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Myanmar U Thein Sein di Naypyitaw, Myanmar, pada April 2013 untuk meningkatkan kerja sama bilateral, termasuk dalam industri pertahanan.
Sjafrie yang juga Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menilai, Myanmar merupakan negara keenam ASEAN setelah Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Timor Leste yang menjadi tempat roadshow bagi kerja sama industri pertahanan Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN.
Ia menyatakan, dari empat tahap penetrasi industri pertahanan yakni promosi, observasi, negosiasi, dan produksi, hubungan dengan Myanmar telah berada pada tahap kedua.
Sjafrie optimistis kerja sama industri pertahanan dapat terwujud dengan Myanmar melalui kerja sama "G to G".
Apalagi, menurut dia, hubungan bilateral Indonesia dan Myanmar telah terjalin sejak era Soekarno.
Acara ramah tamah itu juga diisi dengan penjelasan Deputi Menteri Keuangan Lei Lei Thein selaku Ketua Komite Investasi Myanmar (MIC). (WDY)