Jakarta (Antara Bali) - Buku digital belum berkembang signifikan di Indonesia karena minat baca masyrakat masih rendah.
"Minat
baca masyarakat kita dalam buku cetak pun masih relatif kecil. Jadi itu
juga mengurangi potensi orang membaca lewat gadget," kata Wakil
Presiden penerbit Mizan, Putut Widjanarko usai peluncuran Mizan Digital
Initiatives, Jakarta, Kamis.
Dia mengusulkan agar buku digital
berkembang di Indonesia, sistem pembayaran harus diperbaiki, tidak hanya
tunai tetapi dapat melalui tranfer.
Putut mengatakan sistem
pembayaran yang lancar akan mempermudah pembelian buku digital yang
dapat dilakukan dalam transaksi elektronik lewat bank, kartu kredit,
atau lainnya.
"Pembayaran akan jauh lebih mulus dalam transaksi
elektronik, yang dilakukan lewat bank atau kartu kredit atau apa pun,
bukan langsung tunai. Tetapi itu kan tidak terjadi karena orang
indonesia yang memakai kartu kredit kan masih sedikit, yang memiliki
akun bank juga masih sedikit," kata Putut.
Selain itu, konten
buku digital harus disesuaikan dengan kapasitas gadget pembaca sehingga
memudahkan mereka untuk mengakses buku digital dengan memperkecil ukuran
data.
"Masa itu akan tiba, orang akan lebih banyak mengkonsumsi konten termasuk buku dan teks dengan menggunakan gadget," katanya.
Putut mengatakan buku digital lebih efisien dan ekonomis karena tidak perlu mencetak lembar per lembar halaman.
Selain
itu, buku digital praktis karena hanya cukup ruang kecil yang dapat
tersimpan dalam memori ponsel serta lebih mudah dibawa ke mana-mana dan
diakses sesering mungkin.
"Buku "printing" kan ada biaya
kertas, cetak, dan distribusi. Semua biaya ini kan nanti hilang karena
buku diproduksi dalam bentuk digital," kata Putut. (WDY)
Ini Tantangan yang Dihadapi Buku Digital
Jumat, 12 September 2014 6:45 WIB