Denpasar (Antara Bali) - Made Mahendra Mangku (41), alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, menampilkan 25 karya seni rupa dalam pameran tunggal berjudul "Interior Journey" di Tony Raka Gallery, Mas perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
"Karya abstrak yang merupakan pameran tunggal yang kesembilan kali ini diharapkan mampu membuat kejutan publik seni rupa Indonesia," kata Made Mahendra Mangku didampingi kurator pameran tersebut Arif B. Prasetyo di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, pameran tunggal selama sebulan, 18 Juni hingga 18 Agustus 2014, yang menyuguhkan karya-karya terbaru tahun 2014 itu menunjukkan bahwa seni rupa abstrak di Bali tidak pernah sepi.
"Karya-karya Made Mahendra Mangku mencerminkan rangkaian proses pengembaraan, melanglang buana dalam garis, warna yang tiada henti menuju ruang abadi," ujar Arif B. Prasetyo.
Perupa akademik yang kreatif itu melakukan eksplorasi pada beragam media, mulai dari kertas, kanvas maupun tiga dimensi.
Seniman kelahiran Sukawati, Gianyar, ini memulai penjelajahan artistik ketika memasuki Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Ubud pada tahun 1990, kemudian melanjutkan ke ISI Yogjakarta pada tahun 1993.
Empat tahun kemudian (1997) berhasil menyelesaikan studinya dan kembali berkarya di kampung halamanya Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Arif B. Prasetyo menjelaskan sosok Mahendra Mangku sebagai seniman yang tumbuh dan berkembang di desa yang memiliki kekuatan seni tradisi yang tinggi dan telah terbiasa dengan kekuatan memori estetis.
"Mangku tidak terpengaruh layaknya seperti seniman lainnya yang cenderung masuk ke wilayah kesadaran tradisi melalui bentuk-bentuk dan simbolisme Bali," tutur Arif B. Prasetyo.
Made Mahendra Mangku telah menentukan jalan kreatifnya sendiri dalam benturan akar tradisi dan modern.
Arif B. Prasetyo yang mengkurasi pameran tunggalnya kali ini menambahkan, bahwa karya-karya Mangku sangat lekat dengan prinsip "mengembara" atau "berkelana".
Namun Mangku tidak melukiskan perjalanan batin proses melukis itu sendiri adalah perjalanan batin. Dari satu titik keberangkatan di atas kanvas atau kertas, ia memulai perjalanan melanglang buana garis dan warna, tanpa tujuan tertentu.
"Entah menuju titik tujuan hanya ada setelah ia memutuskan untuk berhenti, ketika proses melukis telah dianggapnya selesai. Namun ia tahu titik tujuan itu bukanlah akhir perjalanan, melainkan hanya terminal perhentian sementara," ujar Arif B. Prasetyo. (WDY)