Denpasar (Antara Bali) - Bisnis industri kerajinan mebel rotan di Denpasar, Bali banyak mendapat pesanan dari pengusaha hotel, vila atau rumah pribadi, namun untuk memproduksi besar-besaran terkendala bahan baku yang semakin langka dan mahal.
"Pesanan dari pengusaha hotel dan Vila serta pribadi terus berdatangan yang menginginkan aneka jenis anyaman dari rotan terutama mebel yang paling disukainya untuk dipajang atau menghiasai kamar hotel atau vila," ujar Muhammad Sujuk, perajin barang dari rotan di Denpasar, Sabtu.
Ia menjelaskan, dalam satu minggu rutin mengirim empat set meja kursi ke pengusaha hotel, vila atau rumah pribadi, sedangkan setiap satu set meja kursi tamu laku dijual seharga Rp4 juta tergantung kualitas rotan yang digunakan.
"Sebetulnya pesanan banyak tetapi terkendala bahan baku rotan untuk pembuatan mebel tersebut. Bahan baku rotan didatangkan dari Kalimantan dan Surabaya karena di Bali tidak ada rotan," ujarnya.
"Permintaan saat ini terus ramai, tetapi memang tidak bisa memproduksi banyak hanya satu set mebel per hari, karena kekurangan bahan baku rotan tersebut, sehingga praktis perkembangan usaha monoton," ujarnya.
Ia mengaku hanya memproduksi satu jenis barang yaitu khusus meja kursi dengan mempekerjakan dua orang karyawan. Kami enggan menambah karyawan karena sering bahan baku kosong sehingga karyawan tentu nganggur.
Menurut dia, semakin mahal harga rotan di pasaran membuat perajin harus meningkatkan harga barang produksinya, namun kenaikan tersebut tidak dipermasalahkan konsumen karena harga yang ditawarkan masih sebanding dengan kualitas barang.
Selain konsumen lokal, katanya, mebel rotan juga diminati oleh tamu dari luar daerah atau bahan dari mancanegara, akan tetapi pendistribusian hasil produksi belum menembus luar negeri karena terbentur biaya pengiriman yang sangat mahal.
Ia menjelaskan, rotan yang didatangkan dari Surabaya atau kalimantan pengirimannya mengunakan box besar yang setiap satu box-nya bisa berisi rotan 80 kilogram sampai 100 kilogram rotan, dimana saat ini harga perkilogram rotan mencapai Rp 20.000/kg.
"Jauhnya jarak pengiriman bisa membuat rotan terlambat datang hingga satu minggu atau lebih sehingga berpengaruh terhadap proses produksi," ujarnya. (WDY)