Denpasar (Antara Bali) - Maestro seni lukis Nyoman Gunarsa mendambakan berdirinya museum kontemporer yang representatif di Kabupaten Klungkung, Bali.
"Saya berharap Pemerintah Kabupaten Klungkung bisa membangun museum kontemporer karena Klungkung memiliki potensi tersebut," katanya di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, museum kontemporer tersebut sangat penting karena Kabupaten Klungkung memiliki potensi- potensi beragam, mulai dari peradaban kebudayaan dari zaman kerajaan hingga masa kini.
"Klungkung mempunyai catatan sejarah sejak zaman kerajaan, zaman penjajahan hingga zaman kemerdekaan, karena itu sudah selayaknya Klungkung membangun museum tersebut," ucapnya.
Menurut pemilik Museum Lukisan Gunarsa, bahwa Klungkung selama ini memiliki museum untuk menyimpan benda sejarah tersebut adalah bekas sekolah. Untuk lebih representatif dalam memamerkan benda-benda koleksi seni tersebut harus berani membangun museum kontemporer.
"Nantinya di museum tersebut bisa menyimpan koleksi seni bernilai sejarah, termasuk juga lukisan berkelas dunia secara presentatif. Dengan harapan pengunjung akan lebih tertarik mengunjungi museum itu ketimbang saat ini," katanya.
Museum di Klungkung sepi pengunjung karena berbagai faktor penyebab. Salah satunya adalah kurang tertata koleksi benda dan kurangnya promosi terhadap wisatawan.
"Agar museum tersebut menjadi daya tarik kunjungan wisatawan nusantara dan asing perlu terobosan dan strategi yakni dengan melakukan promosi. Tentu hal ini harus mengandeng pemangku kepentingan terkait dengan pariwisata," kata Gunarsa.
Sementara itu, Sekretaris Himpunan Museum Bali (Himusba) Made Wija mengatakan museum di Pulau Dewata hingga saat ini tercatat 35 unit. Namun yang baru bergabung di Himusba sebanyak 33 museum.
"Yang sudah bergabung di Himusba baru 33 museum, baik dikelola pemerintah maupun swasta/perorangan, sedangkan dua museum lagi akan menyusul. Museum tersebut adalah Beachwalk dan Topeng," katanya.
Ia mengatakan saat ini gairah pencinta seni maupun kolektor seni untuk membangun museum semakin banyak di Bali, karena selain bisa memamerkan koleksi yang bernilai sejarah juga mengisi kesenangan pribadinya.
"Pencinta seni dan kolektor kebudayaan semakin bergairah untuk membangun museum," kata Made Wija. (WDY)