Negara (Antara Bali) - Bibit kedelai subsidi dari pemerintah, dijual mahal di kalangan petani di Desa Tukadaya, Kabupaten Jembrana, yang tergabung sebagai krama atau anggota subak Brawantangi.
"Saya membeli kedelai dari pengurus subak seharga Rp11 ribu perkilogram. Katanya kedelai untuk bibit ini disubsidi pemerintah, tapi kok harganya mahal?" kata Nengah Widia, salah seorang petani setempat, Minggu.
Keluhan serupa juga disampaikan petani lainnya, yang juga mengungkapkan, di Subak Sari Kuning, desa yang sama, kedelai bibit tersebut hanya dijual Rp5000 kepada petani.
Karena harga yang dianggap mahal ini, menurut mereka, beberapa petani memilih untuk tidak menanam kedelai, sehingga banyak lahan yang tidak dimanfaatkan, sebagai selingan setelah panen padi.
Kelian atau Ketua Subak Brawantangi, Ketut Karya Seden saat dikonfirmasi, membenarkan, kedelai bibit subsidi pemerintah tersebut dijual Rp11 ribu perkilogram kepada anggotanya.
Namun menurutnya, harga tersebut merupakan kesepakatan seluruh anggota subak, dengan tujuan keuntungan dari penjualan tersebut untuk memperbaiki pura subak.
Ia mengatakan, pemerintah memberikan subsidi Rp3650 untuk kedelai bibit tersebut, yang dari kesepakatan rapat, petani tidak mendapat subsidi itu, namun saat pembayaran diambil sebagai kas perbaikan pura.
"Kalau di subak lain lebih murah, mungkin karena mereka tidak ada keperluan penting, sementara kami disini ada program perbaikan pura. Dengan sepakat membeli kedelai bibit dengan harga tanpa subsidi, kami anggap sebagai urunan dari anggota subak," katanya.
Menurutnya, meskipun harganya mencapai Rp11 ribu, banyak petani setempat yang membelinya, bahkan beberapa diantaranya sudah menebar benih.
"Disini ada 125 hektare lahan sawah, yang saat ini sudah sebagian ditanam kedelai setelah panen padi," ujarnya.(GBI)