Denpasar (Antara Bali) - Petani Bali mulai kreatif mengolah hasil panen, khususnya gabah, sehingga harganya lebih mahal dibanding menjual gabah kualitas rendah dengan kadar air di atas 25 persen atau kadar kotoran di atas sepuluh persen.
"Petani yang menjual gabah kering panen (GKP) kualitas rendah pada bulan Arpil 2014 sebesar 18,13 persen jauh lebih kecil dibanding bulan sebelumnya mencapai 48,39 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan untuk menghasilkan gabah kering panen yang berkualitas, petani harus bekerja ekstra dengan cara menjemur di bawah sinar matahari, meskipun daerah ini masih sering diguyur hujan.
Berkat kerja keras petani mengolah hasil mampu menghasilkan gabah yang bermutu sehingga harganya lebih mahal, sehingga petani yang menjual gabah kualitas rendah jumlahnya berkurang.
Hal itu berkat kesadaran petani dan sosialisasi instansi teknis terkait, bahwa menjual gabah kualitas baik nilainya jauh lebih mahal, disamping mampu menghasilkan beras yang bermutu, kata Panusunan Siregar.
Meskipun petani menjual gabah kualitas baik, namun harga di tingkat petani menunjukkan adanya penurunan rata-rata gabah kualitas GKP pada bulan April 2014 dibanding bulan sebelumnya sebesar 9,24 persen dan di tingkat penggilingan juga menurun 9,08 persen.
Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada April 2014 tetap berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) yakni sebesar Rp3.627,63/kg di tingkat petani dan Rp3.697,63/kg di tingkat penggilingan.
Transaksi gabah kering panen tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Karangasem sebesar Rp4.322/kg untuk vaeritas Ciherang dan terendah di Kabupaten Buleleng dengan harga Rp3.400/kg untuk varietas Ciherang.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardana dalam kesempatan terpisah menjelaskan, produktivitas tanaman padi di Bali rata-rata 58,60 kuintal GKP per hektare selama tahun 2013, melebihi produksi rata-rata tingkat nasional.
Produksi rata-rata persatuan hektare itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 58.09 kuintal GKP/hektare. Bali hingga kini memiliki lahan sawah seluas 81.625 hektare atau 14,53 persen dari luas daratan Pulau Dewata.
Lahan sawah tersebut sebagian besar masih berpengairan setengah teknis (90,25 persen), sisanya irigasi sederhana, irigasi desa (non pekerjaan umum) dan sawah tadah hujan.
Pihaknya dalam tahun 2014 menargetkan produksi padi sebanyak 871.668 ton gabah kering giling (GKG), meningkat dari realiasi 2013 yang tercatat 881.175 ton.
Kondisi itu juga mengalami peningkatan dibanding produksi tahun 2012 yang tercatat 865.554 ton GKG.
Dua kali penanaman padi setiap tahun panen rata-rata seluas 150.741 hektare. Meskipun kebutuhan masyarakat Bali termasuk wisatawan terus meningkat, namun produksi itu masih mampu memenuhi kebutuhan domestik.
Kebutuhan konsumsi beras masyarakat Bali setiap tahunnya sekitar 451.327 ton atau rata-rata 130 kg perkapita pertahun, sehingga dari produksi itu masih ada kelebihan produksi beras (swasembada) sebanyak 47.974 ton.
Berdasarkan perhitungan selama tiga tahun terakhir periode 2009-2011 terdapat surplus beras 58.822 ton, Ida Bagus Wisnuardana. (WDY)