Denpasar (Antara Bali) - Praktisi dan pelaku seni di Bali, Anak Agung Gede Rai menilai perpaduan unsur seni timur dan barat yang dilakoni seniman Ubud, Kabupaten Gianyar mampu menawarkan berbagai corok dalam karya seni lukis.
"Sosok Dewi Saraswati, wanita cantik sebagai lambang ilmu pengetahuan misalnya dilengkapi dengan ragam hias tradisional yang menggambarkan aura mata maupun bunga stilitik," kata Agung Rai yang juga pendiri dan pengelola Museum Arma di Perkampungan seniman Ubud, Kamis.
Ia mengatakan, seniman Peliatan, Batuan dan Ubud secara tidak sengaja melakukan interaksi seni rupa antara timur barat sekitar tahun 1920-an atau 94 tahun yang silam.
Interaksi itu menumbuhkan corak personal yang sangat meyakinkan seperti karya Sukada dari Banjar Padangtegal, yang pada tahun 1970 mengembangkan seni potret otentik yang amat memukau.
Demikian pula Nyoman Meja dan Taman, melukis gambar-gambar menipu mata yang nampak lebih nyata dari pada kenyataannya.
Sementara Budiana dengan corak fantastis menginterpretasi "kekeramatan" secara bebas melalui tema-tema religius dan mitologis Bali. Kecendrungan mendeskripsikan peritiwa masal, ramai, serta kemegahan seperti ritual pengabenan, kehidupan pedesaan, adegan sabungan ayam menawarkan suatu visi dalam batasan stilistik Bali.
Agung Rai menambahkan, demikian pula di Penestanan muncul corak baru bernada koloris liar dan ceria yakni Young Artist hasil intervensi dari seorang pelukis keturunan Belanda, Arie Smit.
Ia membimbing dan memberikan sarana gambar dengan membiarkan anak anak mengembangkan sendiri bakat lukisnya..
Hasilnya adalah corak lukisan Bali yang baru dengan warna-warni berani yang dipasang secara datar di atas bidang berkontur tegas. Yang napak sangat kontras dengan suasana gelap aliran baru lainnya.
Dengan demikian corak Pengosekan dengan kesan "ruralistik" di selatan Ubud atas prakarsa Dewa Batuan, berdiri Paguyuban Seni Pengosekan "Pengosekan Artist Community". Yang kemudian melahirkan corak lukisan pastel dengan tema flora and fauna, alam yang digarap dengan detil dan kecanggihan teknis.
Terinspirasi oleh model photo alam binatang dan tumbuhan, Citra "close-up" burung, daun, insek, pendeknya objek alam yang selama ini tak lazim diperhatikan pelukis mulai muncul. Dewa Nyoman Batuan konsisten dengan tema paforitnya yakni mandala-lambang dunia- yang sarat dengan makna filosopis, sedangkan kakaknya Dewa Putu Mokoh (1936-2009) melukis adegan kehidupan yang naif, jujur dan bahkan terkadang bernada erotis bercampur lucu yang mudah dimengerti.
Semua itu berkat perpaduan unsur seni antara timur dan barat yang hingga kini diwarisi seniman-seniman muda di perkampungan seniman Ubud dan Bali pada umumnya, ujar Agung Rai. (WDY)