Karangasem (Antara Bali) - Pihak Pemkab Karangasem, Bali mengharapkan masyarakat yang cukup banyak bermukim di kawasan lereng barat daya dan selatan Gunung Agung untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan munculnya bencana tanah longsor.
"Longsor kemungkinan dapat muncul sehubungan curah hujan sejak beberapa hari ini cukup deras turun di kawasan puncak dan lereng gunung tertinggi di Bali itu," kata Bupati Karangasem Wayan Geredeg ketika dihubungi di Amlapura, ibu kota Kabupaten Karangasem, Sabtu.
Ia menyebutkan, bagian lereng gunung yang cukup terjal serta dalam kondisi yang cukup labil, sangat dimungkinkan untuk terjadi longsor setelah diguyur hujan deras.
"Sehubungan dengan itu, kami mengharapkan warga yang bermukim di daerah kawasan tebing untuk meningkatkan kesaspadaan. Bila perlu, ambil langkah pengamanan diri yang diperlukan," ucapnya.
Petugas pada Bagian Humas Pemkab Karangasem mengungkapkan, tanah longsor yang terjadi pada musim penghujan tahun lalu, tercatat muncul pada 18 titik yang sebagian besar berada di sekitar Pura Besakih, Kecamatan Rendang, di bagian lereng selatan Gunung Agung.
Dari longsoran tanah sebanyak itu, dua lokasi di antaranya sempat merengguh korban jiwa, Wayan Supar (18), dan korban sekarat Ni Nengan Tantri (21), yang adalah kakak kandung Supar.
Peristiwa pertama menimpa korban Wayan Supar yang sedang mengendari sepeda motor menelusuri jalan desa menuju rumahnya di Banjar Angsoka, Desa Besakih.
Di perjalanan, tidak jauh dari rumahnya, Wayan Supar berikut kendaraannya tiba-tiba tertimbun tanah longsor. Melihat itu, kakak kandungnya Tantri bersama beberapa warga lain berupaya menyelamatkan korban.
Korban yang bagian pinggangnya patah serta dalam keadaan sekarat, berhasil biboyong oleh Tantri dan kawan-kawan untuk tujuan pergi ke RSUD Klungkung dengan menempuh jalan setapak.
Namun malang, baru beberapa puluh meter saja rombongan mengggotong Wayan Supar bergerak dari tempat kejadian, muncul tanah longsor susulan.
Tebing yang ada di atas jalan setapak tiba-tiba longsor dengan menimbun kembali Wayan Supar berikut Tantri, serta beberapa yang lain yang menandu Supar.
Tantri yang ketiban batuan tanah longsor, mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuhnya dan dalam keadaan sekarat, sementara Wayan Supar tak lagi dapat diselamatkan karena terkubur bagian akar rumpun bambu.
Terkait itu, pihak Pemkab Karangasem mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan karena tidak tertutup kemungkinan bencana longsor dapat muncul kembali.(*)