Denpasar (Antara Bali) - Pengamat budaya dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi menilai ide Mpu Tantular sebagai konsep dasar Bhinneka Tunggal pada era kejayaan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur sangat cemerlang.
"Jika disandingkan dalam ranah teori sosial budaya atau teori-teori sosial kritis yang muncul dari pemikiran para sarjana barat dewasa ini, maka teori dari Mpu Kanwa dan Teori dari Mpu Tantular, bisa seirama dengan teori praktik (Generatif)," kata Ketua Program Doktor Ilmu Agama IHDN itu di Denpasar, Senin.
Pengamat agama, adat dan pariwisata Bali itu menjelaskan, teori generatif dicetuskan oleh Bourdieu untuk memperkuat pendapatnya tentang modal yang dimiliki oleh setiap masyarakat.
"Istilah modal itu digunakan oleh Pierre Bourdieu, sarjana barat untuk menjelaskan suatu praktik kekuasaan sosial berkaitan dengan teori Marx tentang kelas-kelas sosial di masyarakat," ujar Sumadi.
Dalam konteks zaman global lebih banyak dipengaruhi pemikir sosial "posmodernisme" yakni modal budaya sangat relevan diwacanakan dan didiskusikan.
Namun terjadinya perbedaan posisi kelas-kelas sosial di masyarakat sangat ditentukan oleh akumulasi modal-modal seperti modal budaya, modal ekonomi, modal politik, atau modal simbolik berupa intelektualitas atau pendidikan.
Sumadi yang juga Ketua Komunitas Pengkajian Agama, Budaya dan Pariwisata Bali menambahkan, konsep modal meskipun merupakan khazanah ilmu ekonomi namun dipakai karena mampu menjelaskan hubungan-hubungan kekuasaan.
Modal dapat memberi keuntungan sesuai dengan kesempatan yang dimiliki oleh pemiliknya untuk mengoperasikan penempatan modalnya. (*/ADT)