Denpasar (Antara Bali) - Forum Peduli Mangrove Bali (FPMB) Kabupaten Badung, Bali, terus berupaya membersihkan dan memelihara tanaman bakau yang ada di kawasan taman hutan raya agar tetap lestari.
"FPMB yang terbentuk sekitar tujuh bulan lalu terus berupaya menjaga dan membersihkan kawasan hutan bakau dari sampah, terutama sampah plastik," kata Ketua Umum FPMB Heru Wasesa di Tanjung Benoa, Bali, Selasa.
Ia mengatakan upaya yang dilakukan FPMB adalah dengan merekrut tenaga dari masyarakat setempat yang kurang mampu untuk membersihkan dan memelihara tanaman bakau itu, agar mampu tumbuh dan berkembang secara subur.
"Kami dari lima LPM kelurahan yang ada di Kabupaten Badung, yaitu Tanjung Benoa, Benoa, Jimbaran, Kedonganan dan Tuban sepakat membentuk lembaga forum ini yang bergerak terhadap lingkungan hidup," kata Heru yang didampingi Kepala Sekretariat FPMB Made Arnata Riana.
Heru mengatakan untuk membersihkan hutan bakau yang cakupannya mencapai 1.300 hektare tersebut baru mempekerjakan 80 orang dari warga setempat, dengan standar gaji upah minimum regional (UMR).
"Kalau melihat cakupannya cukup luas dan tenaga terbatas tentu mustahil bisa dikerjakan secara maksimal. Namun berkat kepedulian tersebut secara perlahan-lahan dibersihkan setiap hari. Saat ini baru bisa dibersihkan di sepanjang pinggir jalan tersebut," katanya.
Ia menjelaskan untuk bisa membiayai kegiatan pembersihan dan pemeliharaan serta menggaji juru kebersihan tersebut, pihaknya bekerja sama dengan Artha Graha Foundition (AGF).
"AGF inilah yang kami membantu untuk biaya membayar gaji juru kebersihan hutan mangrove itu. Tanpa ada donasi dari yayasan tersebut tentu program tersebut tidak bisa berjalan maksimal. Karena yang berat adalah menggaji juru bersih tersebut," ujarnya.
Menyinggung FPMB ada keinginan untuk menolak investor yang berencana melakukan reklamasi perairan Teluk Benoa, Heru mengatakan tidak ada seperti yang diberitakan di sebuah media lokal di Bali.
"Kami tidak ada kaitanya dan tidak berhak menolak investor tersebut. Program kami adalah menjaga kebersihan dan pelestarian hutan mangrove," katanya.
Heru menegaskan siapa pun yang akan melakukan proyek pembangunan harus peduli dengan lingkungan, khususnya hutan bakau. Karena bakau merupakan tanaman penahan gelombang pasang air laut (tsunami) dan bisa juga menjadi paru-paru kota.
"Hutan bakau harus diselamatkan dari kerusakan alam akibat serbuan sampah dari hulu sungai, terutama sampah plastik," katanya.
Hal senada juga dibenarkan Ketua LPM Kelurahan Jimbaran Made Tanik, pihaknya sudah berusaha membersihkan sampah-sampah plastik yang ada di hutan bakau sepanjang dekat jembatan menuju Nusa Dua.
"Melalui forum ini kami sudah bisa membersihkan sampah-sampah plastik yang menyerbu bakau. Namun untuk bisa lestari maka semua masyarakat harus peduli dengan sampah plastik agar tidak membuang sembarangan," ujarnya.
Bahkan, kata dia, pihaknya sudah ada sekitar enam orang yang tertangkap basah membuah sampah dibawah jembatan Jimbaran yang menuju kawasan Nusa Dua.
"Selama ini kami sudah tegur dan menandatangani pernyataan agar tidak lagi membuang sampah ditempat itu," katanya. (LHS)
FPMB Badung Berupaya Lestarikan Tanaman Bakau
Selasa, 3 September 2013 16:20 WIB