Denpasar (Antara Bali) - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bali masih cukup memprihatinkan, karena hampir semua wilayah di delapan kabupaten dan satu kota di daerah ini tergolong endemis.
"Kondisi yang demikian menyebabkan Bali menempati urutan kedua tingkat nasional setelah DKI Jakarta," kata dr Sisilia Widyaningsih dari Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI di Denpasar, Rabu.
Pada Pertemuan Kelompok Kerja DBD Kabupaten dan Kota se-Bali yang dipimpin Wakil Gubernur Bali AAN Puspayoga, Sisilia Widyaningsih mengatakan, Bali sebagai daerah tujuan wisata hendaknya mampu menangani penyakit demam berdarah secara tuntas.
"Upaya itu harus ada kesungguhan dan keseriusan dari seluruh jajaran di tingkat provinsi, kabupaten/kota se-Bali dengan mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat," ujar Widyaningsih.
Untuk itu, pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan harus menekankan pada wawasan kesehatan yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
"Masalah air dan pengolahan sampah juga menjadi faktor yang sangat menentukan berjangkitnya penyakit DBD," ujarnya di hadapan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota se-Bali.
Dr Widyaningsih berharap Bali mampu menangani DBD dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pengasapan secara berkesinambungan. Upaya tersebut disertai dengan meningkatkan kebersihan lingkungan masyarakat masing-masing.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Nyoman Suteja menjelaskan, kasus demam berdarah di Bali selama tiga bulan periode Januari-Maret 2010 tercatat 1.227 kasus.
Dari jumlah penderita sebanyak itu, telah mengakibatkan 12 orang di antaranya meninggal dunia.
Sementara dalam setahun, kejadian demam berdarah di Bali sekitar 4.500-5.000 kasus. Kasus tersebut rata-rata menimpa 61 orang per 100.000 penduduk selama 2009, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 181,31 per 100.000 jiwa.
Kondisi tersebut diharapkan bisa ditekan menjadi 50 per seratus ribu penduduk sesuai target nasional.
Meski insiden DBD di Bali masih cukup tinggi, namun angka bebas jentik sudah mencapai 92 persen, dan diharapkan bisa ditingkatkan menjadi 100 persen di masa-masa mendatang.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka insiden DBD, antara lain meningkatkan peranserta kelompok kerja operasional penanganan DBD, mulai dari tingkat banjar (dusun), desa/kelurahan, sampai tingkat kecamatan hingga kabupaten/kota.
Selain itu menggelar lomba pemberantasan sarang nyamuk di tingkat desa se-Bali, serta mengaktifkan juru pemantau jentik sebagai motivator agar masyarakat sadar dalam menanggulangi demam berdarah.
Hal lain yang tidak kalah penting mensosialisasikan prilaku hidup bersih dan sehat, terkait dengan kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan dan meningkatkan peranserta seluruh masyarakat terhadap kebersihan lingkungannya masing-masing.
Dinas kesehatan setempat lebih memantapkan program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, termasuk penanggulangan demam berdarah, ujar Nyoman Suteja.(*)
Seluruh Kabupaten di Bali Endemis DBD
Rabu, 14 April 2010 13:44 WIB