Denpasar (ANTARA) -
Perusahaan bidang retail teknologi Erajaya mengumpulkan sebanyak 2.255 unit sampah produk elektronik untuk menekan pencemaran lingkungan dari emisi karbon.“Langkah kecil dari konsumen, jika difasilitasi dengan benar, dapat memberikan dampak lingkungan yang signifikan dan terukur,” kata perwakilan pimpinan Erajaya Group Jimmy Perangin Angin di Denpasar, Jumat.
Ia mengungkapkan, secara lingkungan, capaian itu setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 161.700 kilogram karbon dioksida dan mampu melakukan penghematan energi sebesar sekitar 301.261 kilo watt per jam (kWh).
Tak hanya itu juga mengurangi kebutuhan lahan di tempat pemrosesan akhir (TPA) seluas sekitar 10 meter persegi.
Pihaknya mengimplementasikan tanggung jawab produsen yang diperluas (EPR) untuk memastikan produk dikelola hingga akhir siklus hidupnya.
Caranya, dengan menyiapkan kotak khusus di gerai erafone sehingga konsumen dapat membawa perangkat elektronik yang sudah tidak terpakai untuk ditampung di kotak “jaga bumi” itu.
Dengan cara itu, pihaknya tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga bersama-sama membangun ekosistem pengelolaan sampah elektronik yang inklusif, terstruktur, dan berkelanjutan.
Upaya itu diharapkan mendukung upaya pemerintah Indonesia menekan potensi pencemaran mengingat saat ini menghadapi tantangan serius terkait timbulan sampah elektronik.
Berdasarkan Global E-Waste Monitor 2024, produksi sampah elektronik tumbuh lima kali lebih cepat dibandingkan kapasitas daur ulang dunia.
Tren serupa juga terjadi di Indonesia, lanjut dia, dengan timbunan sampah elektronik diperkirakan naik dari 2,1 juta ton pada 2023 menjadi 4,4 juta ton pada 2030.
“Kondisi ini menjadi ancaman nyata bagi lingkungan, kesehatan, dan masyarakat,” ucapnya.
Pihaknya akan melanjutkan program hijau itu pada tahun depan dan diharapkan bisa ditiru oleh pihak lain dalam mengelola sampah elektronik.
