Badung (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid meminta institusi pendidikan seperti perguruan tinggi menggunakan akal imitasi (AI) sesuai kebutuhan daerah masing-masing.
“Selain literasi digital, yang dapat dilakukan kampus adalah memilih penggunaan AI tertentu, seperti di Unud lokasinya di Bali yang dipilih adalah budaya dan pariwisata,” katanya saat memberi kuliah umum di Universitas Udayana di Kabupaten Badung, Kamis.
Ia mengemukakan pentingnya penggunaan AI merepresentasikan kebutuhan atau hasil daerah daerah.
“Memang perlu merepresentasikan kebutuhan atau hasil dari daerah, di provinsi lain penggunaannya mungkin bukan pariwisata atau budaya tapi provinsi lain saya rasa harus mengambil topik-topik sesuai tempat, mungkin fokus pada perikanan, pangan dan sebagainya,” katanya.
Dengan kampus menggunakan AI secara optimal, maka pemerintah turut terbantu dalam menghadapi kecerdasan buatan yang memang memerlukan kolaborasi dengan banyak pihak, termasuk institusi pendidikan.
“Kita 280 juta penduduk di Indonesia angkanya tidak sedikit, terbesar di regional ASEAN, jadi artinya tidak mungkin pemerintah berjalan tanpa didukung oleh banyak pihak termasuk institusi pendidikan,” ujarnya.
Hal yang menjadi tantangan Kemenkomdigi dalam menangkap peluang AI, yakni infrastruktur, di mana hingga saat ini baru 80,66 persen cakupan internet di Indonesia atau masih ada 15 ribu desa yang belum terkoneksi jaringan dengan baik.
Selain itu, regulasi yang mengatur keberadaan AI dan kebutuhan sumber daya manusia, sehingga bantuan institusi pendidikan sebagai dibutuhkan.
“Ini sekali lagi kenapa perlu sekali pemerintah bekerja sama dengan institusi pendidikan untuk mempersiapkan digital-digital talenta yang cukup untuk menghadapi revolusi dari teknologi informasi khususnya di bidang kecerdasan artifisial,” kata Meutya Hafid.
Jika potensi 280 juta penduduk Indonesia didukung dengan menyelesaikan tantangan tersebut, ia optimistis Indonesia bisa percaya diri menjadi pemimpin di ASEAN.
Dengan angka penetrasi internet 80,66 persen, artinya 229 juta penduduk sudah terhubung dengan koneksi internet.
“Kalau kita lihat potensi ekonomi digital di Indonesia, sudah mencapai angka yang cukup tinggi yaitu 109 miliar dolar AS pada tahun 2025, dan tahun 2030 kami proyeksikan lebih dari 366 miliar dolar AS,” ujar dia.
Rektor Universitas Udayana I Ketut Sudarsana mengaku kampusnya sudah siap dengan pengembangan AI sehingga telah memetakan kebutuhan.
Perguruan tinggi tertua di Bali itu memastikan mengoptimalkan sumber daya manusia untuk mendukung pemerintah dan meluncurkan AI Center di Universitas Udayana sebagai wadah produk-produk AI yang dikembangkan.
“Beberapa cikal bakal untuk AI Center fokus kami mulai dari ilmiah, juga karena kami di kawasan pariwisata kami fokus pada bidang budaya dan pariwisata, seperti pelestarian budaya berbasis AI, pengembangan pariwisata berbasis AI, dan pusat kajian dan riset inovasi AI,” ujarnya.
Baca juga: Mu'ti jelaskan kurikulum coding dan AI tunggu penerbitan Permendikdasmen
Baca juga: Mendikdasmen: Penggunaan AI dalam pendidikan diiringi kesalehan digital
Baca juga: Pemerintah pilah standar global bentuk regulasi teknologi AI di Indonesia
