Badung, Bali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali terus menunjukkan komitmennya dalam melestarikan adat dan budaya Bali seperti dengan dukungan yang diberikan untuk pelaksanaan Lomba Ogoh-Ogoh di Desa Adat Kapal.
“Kami sangat mendukung kegiatan semacam ini yang merupakan bagian dari pelestarian budaya sekaligus penguatan identitas kultural masyarakat Badung,” ujar Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa dalam keterangan yang diterima di Mangupura, Selasa.
Ia mengatakan kegiatan seperti lomba Ogoh-Ogoh itu bukan sekadar bentuk ekspresi seni, tetapi juga representasi dari semangat gotong royong, kreativitas generasi muda, serta manifestasi nilai-nilai lokal yang terus relevan di tengah perubahan zaman.
“Kegiatan ini bukan hanya soal seni pertunjukan tetapi juga bentuk nyata implementasi Tri Hita Karana dalam kehidupan bermasyarakat,” kata dia.
Bupati Adi Arnawa menjelaskan dengan dukungan penuh dari Pemkab Badung, kegiatan itu juga telah menjadi model keberhasilan dalam mengintegrasikan nilai spiritual, sosial, dan budaya dalam satu kesatuan kegiatan yang berkelanjutan.
Pada kegiatan itu, Pemkab Badung memberikan bantuan anggaran kreativitas sebesar Rp30 juta untuk penyelenggaraan Lomba Ogoh-ogoh, serta Rp2 juta untuk masing-masing peserta, dengan total terdapat 17 Sekaa Teruna Teruni atau kelompok pemuda yang terlibat.
“Ke depannya kami berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi desa adat lainnya dalam menghidupkan kembali semangat Nyepi sebagai momentum introspeksi diri, harmoni sosial, dan kebangkitan budaya lokal,” kata dia.
Bendesa atau Kepala Desa Adat Kapal I Ketut Sudarsana menambahkan kegiatan lomba Ogoh-itu tidak hanya menjadi ajang kompetisi seni, tetapi juga sarana pendidikan karakter bagi generasi muda.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ruang dialog antar generasi untuk memperkuat solidaritas sosial, mendorong kolaborasi lintas banjar, dan memperkokoh kepercayaan terhadap sistem adat sebagai pilar utama identitas Bali.
“Kami ingin menjadikan kegiatan ini sebagai media untuk menjauhkan pemuda dari pengaruh negatif, seperti pergaulan bebas dan penyalahgunaan teknologi, sekaligus memperkuat kesadaran mereka akan pentingnya menjaga warisan budaya,” kata dia.