Denpasar (ANTARA) - Kepolisian Daerah Bali menyatakan rompi bertuliskan Polisi yang dipakai sembilan terduga pelaku perampokan WNA Ukraina di Bali bukan merupakan milik Polisi dan tidak ada kaitannya sama Polri.
"Rompi polisi bisa didapatkan di mana saja. Yang jelas Polda Bali dan Polri secara umum nggak punya rompi semacam itu," kata Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Polisi Ariasandy di Denpasar, Jumat.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, saat sembilan orang terduga pelaku asal Rusia, Ukraina dan Kazakhstan melakukan penculikan dan perampokan aset kripto senilai Rp3,4 miliar, mereka memakai pakaian serba hitam dan rompi bertuliskan 'Polisi'.
Selain rompi, Polisi juga masih mendalami dugaan penggunaan senjata api dan senjata tajam, termasuk mobil yang digunakan pelaku dalam melakukan penyanderaan dan perampokan pada 15 Desember 2024.
Sandy mengungkapkan informasi mengenai para pelaku yang terlibat dalam kasus tersebut sejauh mungkin ni masih berdasarkan petunjuk-petunjuk dalam Laporan Polisi yang dilaporkan korban.
"Semua informasi yang kita dapat baik secara verbal yang dilaporkan maupun dalam bentuk video tetap menjadi sumber informasi yang kita dalami. Intinya kita cari dulu yang delapan orang itu mudah-mudahan segera kita amankan," katanya.
Motif perampokan tersebut masih didalami oleh penyidik. Namun, sejumlah aset kripto yang diambil pelaku bisa jadi petunjuk untuk mengungkap motif dari insiden tersebut.
"Kalau masalah motif belum kita ungkap kalau tersangka belum tertangkap. Kalau belum tertangkap ini kita belum tahu motifnya apa. Tetapi yang jelas yang diambil kan harta," kata Sandy.
Baca juga: Polda Bali berkoordinasi dengan Interpol cari delapan perampok WN Ukraina
Baca juga: Polisi dalami peran WNA Rusia diduga pelaku perampokan WN Ukraina di Bali
Baca juga: Satu pelaku perampokan WNA Ukraina ditangkap di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali
Baca juga: Polisi sebut sembilan WNA diduga jadi pelaku perampokan warga Ukraina di Bali
Baca juga: Polda Bali buru komplotan warga Rusia pelaku perampokan warga Ukraina