Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Indonesia mengutamakan nilai integritas, akuntabilitas dan transparansi untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) hingga kehadiran media sosial (medsos).
“Pada era teknologi dan AI yang mentransformasi komunikasi, kami harus mempertahankan nilai komunikasi bertanggung jawab, dipandu integritas, transparansi dan akuntabilitas,” kata Ketua Umum Perhumas Indonesia Boy Kelana Soebroto di Forum Humas Dunia (WPRF) 2024 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
Menurut dia, nilai komunikasi yang bertanggung jawab itu menjadi penting sebagai bantalan pada era penuh tantangan dihadapi para praktisi kehumasan, di antaranya teknologi, isu global yang makin kompleks hingga arus informasi yang mengalir deras.
Untuk itu, humas membutuhkan pengetahuan yang komprehensif, pemahaman lintas budaya serta solusi yang inovatif.
Ia mengajak praktisi komunikasi atau humas untuk mengeksplorasi tren terbaru, inovasi dan praktik terbaik di dunia kehumasan, karena kekuatan komunikasi dimanfaatkan untuk mendukung perubahan ke arah lebih positif.
“Apakah kami mengatasi tantangan terkait informasi yang salah, menjembatani perbedaan budaya untuk meningkatkan kebaikan sosial. Tanggung jawab bersama kami itu sudah jelas untuk mempengaruhi dengan tujuan, berkomunikasi dengan integritas dan berperilaku dengan tanggung jawab,” katanya.
Senada dengan Boy, Presiden dan CEO Aliansi Global untuk Humas dan Manajemen Komunikasi, Justin Green mengungkapkan media sosial telah mendemokratisasi arus informasi dan opini yang tak sedikit mengandung rumor dan kabar bohong.
Untuk itu, media dan literasi informasi berperan penting bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan tersebut, sehingga publik dapat membedakan antara fakta dan friksi.
Untuk itu, pihaknya menempatkan edukasi sebagai langkah utama dengan mendirikan dewan akademik dan riset, menempatkan standar profesional baru secara global, program latihan tersertifikasi, dan akreditasi internasional dari organisasi dan universitas.
“Kami gelontorkan jutaan euro untuk mendukung anggota kami pada program pendidikan dan pelatihan gratis yang diluncurkan sebagai kampus humas dan kepemimpinan pertama dalam sejarah yang bermitra dengan Institut Kehumasan Nigeria (NIPR),” katanya.
WPRF dihadiri sekitar 1.400 peserta dari 22 negara termasuk Indonesia untuk bertemu di Nusa Dua, Bali, 19-22 November 2024.
Tahun ini tema yang diangkat, yakni pengaruh yang memiliki tujuan untuk kebaikan bersama sebagai respons atas tantangan dan peluang dunia kehumasan global.
Baca juga: 1.400 peserta dari 22 negara hadir di Forum Kehumasan Dunia 2024 di Bali