Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana bersama Penanggung Jawab Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Bali Komang Rahayu Indrawati membahas program kesehatan mental untuk pencegahan bunuh diri di Kota Denpasar.
Sekda Kota Denpasar IB Alit Wiradana dalam keterangannya di Denpasar, Selasa, mengatakan isu kesehatan mental sangat penting mengingat Provinsi Bali memiliki angka bunuh diri yang tinggi dengan angka suicide rate 3,07 per 100.000 penduduk.
Untuk di Denpasar tahun 2024 terdapat 2 angka bunuh diri. Meskipun tergolong kecil, namun kondisi tersebut harus dianggap sebagai isu serius yang perlu dicegah.
Menurutnya, untuk menekan suicide rate ini, maka perlu layanan kesehatan jiwa terpadu.
“Pemerintah Kota Denpasar terus berupaya menanggulangi isu kesehatan mental yang terjadi sehingga angka suicide rate bisa menurun,” ujarnya
Sementara itu, Penanggung Jawab Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Bali Komang Rahayu Indrawati menyampaikan Pemkot Denpasar dapat menjadi pelopor dan inspirasi bagi pemerintahan kabupaten dan kota lain untuk bergerak dalam isu kesehatan mental dan bunuh diri.
Menurutnya, kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri tidak dapat dilihat hanya dari satu faktor saja.
Ini merupakan fenomena yang kompleks dengan berbagai dinamika unik yang terjadi di dalamnya.
Oleh karena itu, program-program yang dilaksanakan akan berusaha untuk menyasar di level individual (konseling), microsystem (psikoedukasi) dan mesosystem (psikoedukasi) sesuai dengan teori ekologi bronfenbrenner.
“Untuk menanggulangi isu kesehatan mental dan bunuh diri maka diajukan kolaborasi melalui Aplikasi Denpasar Menyama Bagia,” katanya.
Sementara itu, secara terpisah Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr. Anak Agung Ayu Candrawati menyampaikan selama ini program kesehatan jiwa di Kota Denpasar dilakukan sebagai promotif dan preventif, kuratif dan rehabilitatif serta rumah berdaya.
Sekda Kota Denpasar IB Alit Wiradana dalam keterangannya di Denpasar, Selasa, mengatakan isu kesehatan mental sangat penting mengingat Provinsi Bali memiliki angka bunuh diri yang tinggi dengan angka suicide rate 3,07 per 100.000 penduduk.
Untuk di Denpasar tahun 2024 terdapat 2 angka bunuh diri. Meskipun tergolong kecil, namun kondisi tersebut harus dianggap sebagai isu serius yang perlu dicegah.
Menurutnya, untuk menekan suicide rate ini, maka perlu layanan kesehatan jiwa terpadu.
“Pemerintah Kota Denpasar terus berupaya menanggulangi isu kesehatan mental yang terjadi sehingga angka suicide rate bisa menurun,” ujarnya
Sementara itu, Penanggung Jawab Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Bali Komang Rahayu Indrawati menyampaikan Pemkot Denpasar dapat menjadi pelopor dan inspirasi bagi pemerintahan kabupaten dan kota lain untuk bergerak dalam isu kesehatan mental dan bunuh diri.
Menurutnya, kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri tidak dapat dilihat hanya dari satu faktor saja.
Ini merupakan fenomena yang kompleks dengan berbagai dinamika unik yang terjadi di dalamnya.
Oleh karena itu, program-program yang dilaksanakan akan berusaha untuk menyasar di level individual (konseling), microsystem (psikoedukasi) dan mesosystem (psikoedukasi) sesuai dengan teori ekologi bronfenbrenner.
“Untuk menanggulangi isu kesehatan mental dan bunuh diri maka diajukan kolaborasi melalui Aplikasi Denpasar Menyama Bagia,” katanya.
Sementara itu, secara terpisah Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr. Anak Agung Ayu Candrawati menyampaikan selama ini program kesehatan jiwa di Kota Denpasar dilakukan sebagai promotif dan preventif, kuratif dan rehabilitatif serta rumah berdaya.
“Adanya kerja sama ini tentu sesuai dengan yang kita harapkan untuk membentuk layanan kesehatan jiwa terpadu di Kota Denpasar bersama organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, yayasan Bali Bersama Bisa (layanan pencegahan bunuh diri BISA Helpline), Universitas Udayana, dan organisasi profesi,” katanya.