Nusa Penida, Bali (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Klungkung, Bali, mencatat tingkat okupansi penginapan di pulau wisata Nusa Penida mencapai rata-rata kisaran 60-80 persen meski saat ini memasuki periode sepi kunjungan (low season).
“Musim low season kunjungan mulai turun biasanya pada Oktober hingga November,” kata Sekretaris PHRI Kabupaten Klungkung Wayan Sukadana di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, Selasa.
Ia memproyeksi geliat kunjungan wisatawan masih terjadi saat low season karena adanya ajang pariwisata yang menarik kunjungan salah satunya Nusa Penida Festival yang berlangsung 10-12 Oktober 2024.
Ada pun dominan wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida, termasuk dua gugusan Pulau Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan adalah wisatawan mancanegara di antaranya negara-negara di kawasan Eropa seperti Jerman, Inggris, kemudian negara lain di antaranya China dan India.
Baca juga: Kapal cepat standar internasional disiapkan rute Sanur-Nusa Penida
Ia mencatat saat ini jumlah akomodasi di tiga pulau wisata itu diperkirakan hingga sekitar 600 unit, yang sebagian besar di antaranya dikelola oleh masyarakat setempat dengan jenis akomodasi berupa penginapan homestay atau cottage.
Sedangkan saat musim ramai kunjungan wisatawan (high season), lanjut dia, tingkat okupansi rata-rata mencapai kisaran 70 hingga 90 persen dan rata-rata pergerakan wisatawan yang tiba di Pulau Nusa Penida per hari mencapai 5.000 hingga 6.000 orang.
Ada pun akses utama menuju Pulau Nusa Penida dan sekitarnya adalah transportasi laut di antaranya melalui Pelabuhan Sanur Kota di Denpasar, Pelabuhan Kusamba di Kabupaten Klungkung dan Pelabuhan Padangbai di Kabupaten Karangasem.
Sukadana menambahkan pelaku pariwisata saat ini berupaya mengemas program pariwisata yang menekankan keberlanjutan dan memberi pengalaman kepada wisatawan sebagai bauran yang memiliki daya tarik kepada turis.
Atraksi wisata yang memberi pengalaman ke para wisatawan itu di antaranya kegiatan budidaya rumput laut hingga kegiatan konservasi, yang menyesuaikan dengan potensi wisata di Nusa Penida dan sekitarnya.
“Pariwisata harus dimaknai sebagai ekonomi berkelanjutan, budaya berkelanjutan dan konservasi alam,” imbuh Ketua Forum Badan Pengawas Desa Kecamatan Nusa Penida itu.
Baca juga: Restorasi dan kuota demi hidup terumbu karang di Nusa Penida