Kuta (Antara Bali) - Ketua Yayasan Anand Ashram, Maya Safira Muchtar membantah keras tuduhan yang menyebutkan telah terjadi pelecehan seksual yang dilakukan tokoh spiritual pada yayasan yang dipimpinnya.
"Tidak benar telah terjadi pelecehan seksual pada yayasan kami, apalagi pelakunya disebutkan seorang tokoh spiritual di sini," kata Maya Safira, kepada pers di Anand Ashram Center Kuta, Bali, Sabtu.
Ketua Yayasan Anand Ashram (YAA) mengatakan itu, menanggapi pemberitaan pada sejumlah media massa yang menyebutkan telah terjadi pelecehan seksual terhadap tujuh anak didik atau anak asuhan di lingkungan YAA.
Pelaku dari aksi pelecehan itu disebutkan bernama Anand Krishna, yakni pemilik yayasan YAA yang juga tokoh spiritual kenamaan.
Kasus pelecehan seksual yang dilakukan mahaguru yang kerap mengajarkan meditasi kepada murid-muridnya itu terungkap, setelah dua dari korban sebanyak itu datang mengadukan nasib yang dialaminya kepada Komisi Nasional Perlindungan Perempuan di Jakarta.
Dalam melancarkan aksinya, disebutkan bahwa Anand Krishna mengawalinya dengan melakukan "cuci otak" terhadap para korbannya melalui ajaran-ajaran yang diterapkan, sehingga korban pasrah dan rela melakukan atau diperlakukan apa saja oleh sang guru.
Maya Safira menyebutkan bahwa pengaduan yang dilakukan dua wanita yang pernah berlatih mediatasi di YAA tersebut sama sekali tidak benar.
"Kami menilai itu sebuah fitnah dari orang-orang yang ingin menjatuhkan nama baik Bapak Anand Krishna, sekaligus nama yayasan," ucapnya, geram.
Mengenai yayasan yang dipimpinnya, Maya Safira menyatakan, sejauh ini selalu menerapkan prinsip keterbukaan bagi siapa saja yang datang dan siapapun yang pergi.
"Semuanya serba terbuka. Karenanya tidak benar jika ada yang merasa dilecehkan kemudian mengadu kepada orang lain, bukan kepada kami," ucapnya menjelaskan.
Demikian pula tokoh spiritual Anand Krishna tidak pernah mengangkat, mencari murid sebagai pengikut, seperti yang disebutkan oleh para pelapor. "Bagaimana harus mengangkat murid, karena beliau tidak pernah merasa menjadi guru," ujar Maya Safira.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya akan merespon kejadian tersebut dengan penuh perasaan. Sebab, menurut Maya, fitnah semacam itu bukan yang pertama kali terjadi di lingkungan YAA.
"Kali ini yang didengungkan masalah pelecehan. Sebelumnya banyak suara sumbang seperti adanya penggelapan uang dan lain-lain di lingkungan yayasan," tuturnya dengan menambahkan bahwa hal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka terhadap YAA.
Namun, lanjut dia, apapun fitnah yang mereka lancarkan terdahulu, semuanya berakhir tanpa bukti serta selesai dengan sendirinya.
Kendati demikian, Maya mengaku terkait laporan kali ini pihaknya siap menghadapi proses hukum.
"Kami siap, karena apa yang dilakukan Pak Anand Krishna adalah kegiatan yang lebih berorientasi kepada pemanfaatan diri, yang sama sekali tidak tercium adanya bentuk-bentuk pelecehan seksual," ujarnya.(*)