Denpasar (ANTARA) - Agen wisata global, Intrepid Travel menggarap wisata petualangan di Indonesia termasuk Bali karena memiliki daya tarik keaslian budaya yang menawarkan pengalaman berbeda dengan target bertahap membawa 20 ribu turis hingga 2030.
"Menjangkau daerah yang belum tersentuh, menghormati ekosistem alam dan budaya menjadi daya tarik utama," kata pendiri Intrepid Darrell Wade di Sanur, Denpasar, Rabu.
Untuk itu, agen wisata yang tersebar di 27 negara di dunia tersebut menawarkan pengalaman otentik kepada wisatawan misalnya dari sisi penginapan tidak memanfaatkan hotel jaringan internasional tapi memanfaatkan hotel lokal.
Kemudian, berinteraksi dengan masyarakat lokal, kuliner daerah dan menjelajah pelosok Nusantara yang kontras dengan gaya wisata pada umumnya misalnya fokus hotel berbintang di pinggir pantai.
Peminat jenis wisata minat khusus itu, kata dia, selama beberapa tahun terus menjadi tren dari pasar premium misalnya Amerika Serikat, Kanada, Australia, Inggris dan negara-negara di Eropa.
Baca juga: Warga Tegallinggah-Bali ingin gaet banyak wisatawan dari wisata sejarah
Pada periode 2024 dan 2025, lanjut dia, pihaknya mengenalkan wisata di Sulawesi dan Raja Ampat dan wisata pelosok Nusantara yang belum maksimal masuk pariwisata dunia.
Selain itu, ada juga wisata terbaru yang ditawarkan di antaranya petualangan ekspedisi di Kalimantan dan Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diminati para petualang.
Upaya menggali potensi wisata itu diharapkan mendukung target pemerintah mencapai sekitar 14 juta wisatawan asing di Indonesia yang sebanyak tujuh juta wisatawan asing di antaranya dikontribusikan dari Bali.
Pada 2023, ujar dia, tercatat sebanyak 3.000 wisatawan mancanegara berpetualang menjelajahi tanah air secara berkelanjutan.
Baca juga: BPD Bali catat metode bayar pungutan wisman mayoritas gunakan kartu kredit
"Pada 2024 ini kami targetkan membawa sekitar 4.000 orang turis," ucapnya.
Terkait harga wisata tersebut, kata dia, menyesuaikan kondisi segmentasi pasar di negara maju yang berbeda atau harga dipatok lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang.
Pihaknya secara global menargetkan dapat melayani jumlah wisatawan mencapai 600 ribu pada 2030 yang potensi pendapatan mencapai sekitar 1,3 miliar dolar AS.
Dari jumlah itu, sebanyak satu persen di antaranya disisihkan untuk inisiatif pariwisata berkelanjutan termasuk menjawab tantangan perubahan iklim.
Sedangkan di Indonesia, salah satunya disalurkan melalui kerja sama dengan pusat terumbu karang di Bali, dengan pencapaian sejak 2002 telah terkumpul 15,5 juta dolar AS untuk masyarakat dunia.