Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali menerapkan ekstrakurikuler lingkungan hidup dengan mendaur ulang sampah di sekolah tersebut sebagai wujud upaya mengajak kalangan siswa-siswi untuk cinta dan peduli terhadap alam.
"Siswa-siswi kami ajarkan mulai dari kesadaran untuk memilah sampah hingga pengolahan sampah daur ulang menjadi benda yang bernilai lebih tinggi," kata Kepala SMPN 7 Singaraja Ni Ketut Santi Heppy di Singaraja, Kamis.
Ia mengungkapkan alasannya menggiatkan ekstrakurikuler lingkungan hidup karena menurut pandangannya penumpukan sampah plastik sekali pakai di masyarakat sangat banyak dan tidak terkendali.
Oleh sebab itu, dirinya bertekad untuk memberikan pemahaman sejak dini kepada para siswa-siswinya, bahwa pengelolaan sampah yang baik sejalan dengan lingkungan hidup yang sehat.
"Pada ekstrakurikuler ini, anak-anak sudah kami berikan pemahaman untuk memilah sampahnya, menata tanaman, setiap pekannya ekstrakurikuler itu dilaksanakan namun praktiknya dilakukan setiap hari," katanya.
Selain itu, program kesadaran pemilahan sampah di kalangan peserta didik dilakukan dengan cara menyediakan tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Tempat sampah tersebut pada setiap ruang kelas dan sejumlah titik strategis.
Siswa-siswi anggota ekstrakurikuler lingkungan hidup pun diberikan wewenang untuk mengawasi proses pemilahan sampah yang dilakukan pada masing-masing kelas.
Sampah anorganik yang telah terkumpul pun dimanfaatkan menjadi beberapa jenis benda bernilai, antara lain adalah eco brick, taplak meja, dan hiasan ruangan seperti tiruan tanaman hias dan rangkaian bunga. Sedangkan sampah organik diolah menjadi eco enzyme.
Melalui penerapan Kurikulum Merdeka, pemahaman terkait lingkungan hidup juga diberikan kepada siswa-siswi melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Melalui P5 tersebut, pihaknya menunjuk sejumlah siswa-siswi sebagai pionir lingkungan hidup di lingkup SMPN 7 Singaraja.
Bahkan untuk memberikan pemahaman tambahan, Heppy melalui P5 melakukan studi lapangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala. Langkah tersebut bertujuan agar siswa-siswi dapat memahami alur pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, dengan TPA sebagai hilirnya.
Dari pengalaman yang didapat dari studi lapangan ke TPA Bengkala, para siswa-siswi yang tergabung dalam P5 diharapkan dapat membagi pengalamannya kepada teman-temannya di sekolah.
"Jadi nanti kan semuanya akan memahami cara menjaga lingkungan hidup yang baik, bahkan ilmunya nanti bisa dibawa pulang ke rumah," tutup Heppy.