Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika berpandangan penggunaan eco enzyme untuk kegiatan pertanian dan berbagai aktivitas terkait lingkungan, menjadi salah satu cara untuk merawat alam dan lingkungan di Bali.
"Bumi dengan segala isinya dan alam yang lestari merupakan anugerah Tuhan yang harus terus dirawat," kata Pastika dalam kegiatan penuangan eco enzyme di kolam Monumen Perjuangan Rakyat Bali di Denpasar, Selasa.
Pastika melakukan penuangan eco enzyme (hasil fermentasi sisa sayur, buah, dan gula/molase) bersama komunitas pecinta lingkungan Bali Tresna Sujati dan jajaran pegawai UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali itu sebagai bagian dari kegiatan kunjungan daerah pemilihan DPD.
"Kita berdosa besar jika tidak mampu merawat dan menjaga kelestarian lingkungan. Apalagi Bali dengan keindahannya ini ibarat potongan surga yang ada di dunia, jadi harus terus dirawat," kata mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Eco enzyme tidak saja dapat menjernihkan air dan udara, katanya, tapi juga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia pada pertanian dan menghasilkan produk pertanian yang lebih baik dibandingkan yang menggunakan pupuk kimia.
"Kalau penggunaan zat kimia -pupuk dan pestisida kimia- itu sifatnya 'nyandu' atau adiktif, sehingga semakin lama dibutuhkan dosis yang lebih besar. Jika tidak demikian, maka tanah menjadi rusak," kata Pastika.
Berbeda halnya dengan penggunaan bahan-bahan organik, eco enzyme salah satunya, semakin lama dosis yang diperlukan untuk pertanian akan semakin sedikit karena tanah sudah semakin subur.
"Kegiatan merawat bumi seperti ini tentu harus terus dilaksanakan. Mudah-mudahan tidak saja kita dan lingkungan yang saat ini semakin sehat, sekaligus dapat mewariskan lingkungan yang sehat kepada anak cucu kita ke depan," kata Pastika yang tak maju lagi dalam Pemilu 2024 itu.
Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB), kata Pastika, juga telah menjadi simbol daerah Bali yang sudah sangat dikenal bahkan oleh wisatawan mancanegara sehingga menjadi tepat kolamnya dituangkan eco enzyme.
Apalagi MPRB dengan Lapangan Puputan Margarananya tidak saja menjadi tempat edukasi nilai sejarah, sekaligus berfungsi sebagai tempat rekreasi sehat bagi masyarakat.
Sementara itu Kepala UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali I Made Artana Yasa menyampaikan terima kasih atas perhatian Yayasan Bali Tresna Sujati terhadap lingkungan monumen yang lebih dikenal dengan sebutan Bajra Sandhi itu.
Artana menyampaikan MPRB selain berfungsi sebagai tempat edukasi nilai sejarah dari zaman purba dan perjuangan rakyat Bali merebut kemerdekaan dan pasca-kemerdekaan, juga telah menjadi tempat rekreasi sehat.
"Kawasan Bajra Sandhi dengan luasnya mencapai 13,8 hektare ini digunakan masyarakat untuk berolahraga, yoga, bahkan sebagai tempat reuni sehingga bisa dikatakan dapat menyehatkan fisik dan rohani," katanya.
Pihaknya berharap dengan penuangan eco enzyme yang kesekian kalinya itu dapat menjadikan air kolam menjadi lebih jernih.
Sadyuli Prihartati dari Bali Tresna Sujati menyampaikan pihaknya secara berkelanjutan akan ikut merawat lingkungan MPRB, tak hanya dengan penuangan eco enzyme, juga melalui penyemprotan ke udara.
Komunitasnya juga secara berkesinambungan membuat eco enzyme dan juga mengedukasi masyarakat mengenai cara pembuatannya, dan telah memproduksi berbagai produk turunan eco enzyme, seperti menjadi sabun mandi hingga larutan pencuci piring dan pembersih lantai.
"Kami pun berkolaborasi dengan sejumlah UMKM peduli lingkungan, yang intinya kami ingin menggaungkan gerakan go green -peduli lingkungan- dan back to nature -kembali ke alam-," kata Sadyuli.