Denpasar (Antara Bali) - Dewan Pengurus Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Bali merasa dilecehkan oleh Gubernur Made Mangku Pastika yang diusungnya pada pemilihan kepala daerah 2008.
"Tidak sepatutnya Mangku Pastika seperti itu. Ini benar-benar membuat kami tersinggung. Silakan kalau merasa sudah pasti menang, tapi jangan merendahkan pihak lain," kata Ketua DPD PDIP Bali Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi kepada media di Puri Satria Denpasar, Jumat malam.
Kemarahan jajaran PDIP itu dipicu oleh pernyataan Mangku Pastika yang disiarkan media, terkait pertemuannya dengan Taufiq Kiemas di Vila Cucukan, Kabupaten Gianyar, pada Rabu (16/1) malam. Saat itu juga dihadiri Wagub Anak Agung Ngurah Puspayoga, yang merupakan keluarga Cok Rat.
Mangku Pastika mengungkapkan sejumlah hal, salah satunya upaya penjegalan terhadap dirinya yang lima kali tidak dapat bertemu Megawati Soekarnoputri meski sudah memintanya. Dia juga menyatakan ada upaya sengaja dari internal PDIP untuk meninggalkannya.
Atas dasar sikap melecehkan dan merendahkan parpol yang selama ini dikenal memiliki basis pemilih terbesar di Pulau Dewata tersebut, Cok Rat, sapaan akrab Oka Ratmadi, mengajak seluruh kader menyatukan barisan untuk melawannya dengan memenangkan kader PDIP di Pilkada Bali yang dijadwalkan digelar pada 15 Mei 2013.
"PDIP punya nafas hebat, nafas militansi, nafas gotong royong. Jika diperlukan, nafas itu akan hidup lagi. Apalagi pemilih PDIP di Bali cukup besar," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPD PDIP Bali Bidang Hukum dan HAM, Nyoman Sudiantara, mengatakan bahwa apa yang dikatakan Mangku Pastika tidak semuanya benar. "Tidak benar atas hal itu, kalau kami disebut meninggalkannya. Buktinya saat proses penjaringan nama beliau dimasukkan. Bahkan kami perpanjang pembukaan pendaftaran," katanya.
Menyinggung soal PDIP tak lagi mengusung Mangku Pastika, Sudiantara menyebut hal itu lantaran penilaian yang dilakukan oleh DPP. "Itu sepenuhnya penilaian DPP PDIP, juga bagian dari evaluasi dan penyegaran di tubuh partai. Jadi tidak benar jika kami dianggap meninggalkan Mangku Pastika," kata Sudiantara menegaskan.
Ia menyesalkan langkah Mangku Pastika yang membocorkan pembicaraan dengan Taufiq Kiemas ke media massa. Karena, kata dia, pembicaraan itu bukan untuk konsumsi pers. "Langkah Mangku Pastika itu melecehkan dan tidak etis. Dia sudah melecehkan Taufiq Kiemas, tokoh bangsa yang dihormati," ucap Sudiantara yang juga Direktur Utama Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar.
Karena merasa ditinggalkan PDIP, Mangku Pastika kemudian memilih menggunakan kendaraan koalisi partai yang dimotori Partai Golkar dan Demokrat serta didukung Partai Hanura dan Gerindra untuk bertarung di Pilkada Bali. (*/T007)