Jakarta (ANTARA) - Analis dari Bank Woori Saudara BWS Rully Nova mengatakan kenaikan data indeks penjualan ritel dan proyeksi ekonomi Indonesia yang membaik dapat menahan pelemahan rupiah.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi, melemah sebesar 0,26 persen atau 40 poin menjadi Rp15.695 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.655 per dolar AS.
“Indeks penjualan ritel naik 1,5 persen menjadi 201,1 dan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen,” kata Rully Nova ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Kendati data dan proyeksi ekonomi Indonesia membaik tetapi sentimen dari dalam negeri dinilai tidak mampu menguatkan rupiah menimbang kondisi regional Asia belum membaik yang terlihat dari data-data ekonomi China masih lemah.
Nilai tukar rupiah pada Jumat ini diprediksi kembali melemah terhadap dolar AS pd kisaran Rp15.655- Rp15.685 per dolar AS.
Hal ini dipengaruhi faktor pernyataan 'hawkish' Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Jerome Powell dan kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS menjadi 4,63 persen.
Gubernur The Fed menyatakan tidak yakin terhadap kebijakan kenaikan suku bunga untuk menurunkan inflasi, dan The Fed akan menjalankan kebijakan moneter ketat jika diperlukan untuk mencapai target inflasi 2 persen.
Pernyataan Powell mendorong lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih dari 10 basis poin sehingga memperkuat dolar AS, namun beberapa ahli strategi masih bersikeras bahwa The Fed kemungkinan besar sudah selesai menaikkan suku bunga.
Baca juga: Kurs Rupiah pada Jumat pagi turun jadi Rp15.695 per dolar AS