Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika berpandangan kemiskinan ekstrem di Provinsi Bali dapat segera dituntaskan melalui cara gotong royong melibatkan pemerintah yang bersinergi dengan pihak swasta.
"Di Bali itu orang kaya banyak. Seperti yang disampaikan oleh Pj Gubernur Bali untuk ngerombo atau gotong royong atasi kemiskinan ekstrem, kalau bisa dengan upaya bersama itu, maka akhir tahun ini sudah selesai," kata Pastika saat mengadakan reses di Denpasar, Rabu.
Pastika dalam kegiatan reses dengan tema "Ngerombo: Upaya Pengentasan Kemiskinan Ekstrem: Tantangan dan Solusinya" itu menghadirkan narasumber Kepala BPS Provinsi Bali Endang Retno Sri Subiyandani dan Kepala Bappeda Kabupaten Gianyar AA Dalem Jagadhita.
Selain itu juga hadir selaku narasumber Wakil Ketua Bali Binar Bhakti Agus Maha Usadha, tokoh pariwisata Bali Al Purwa dan Komang Kusuma Edi dari Komunitas Peduli Yatim Piatu.
Pastika mengatakan perlu upaya cepat untuk mengatasi kemiskinan ekstrem di Bali yang tercatat sebesar 0,54 persen. "Bali 'kan dikenal sebagai Pulau Dewata, Pulau Surga, masa masih banyak orang miskinnya, apalagi miskin ekstrem," ucapnya.
Menurutnya, Bali yang terkenal dari pariwisata dan APBD yang cukup besar, semestinya kemiskinan ekstrem tidak sampai terjadi. Untuk itu, lanjutnya, perlu turun langsung ke lapangan, melihat seperti apa kondisi warga miskin sehingga dapat diputuskan langkah apa yang bisa diambil.
Saat menjabat Gubernur Bali, kata dia, pemprov bahkan memiliki tim reaksi cepat untuk memberikan bantuan bahan pokok dan uang kepada warga yang membutuhkan.
"Terkait upaya bersama mengatasi kemiskinan ekstrem ini, saya juga sudah izin dengan Pj Gubernur, terlebih memang beliau meminta semua pihak untuk ngerombo (bergotong royong)," ucap mantan Gubernur Bali itu.
Yang terpenting, lanjutnya, data warga miskin jelas nama dan alamatnya agar bantuan tepat sasaran.
Baca juga: BPS beri saran ke Pemprov Bali cara menghilangkan kemiskinan ekstrem hingga nol persen
Sementara itu Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani mengatakan sebenarnya kemiskinan di Bali masih yang terendah di tingkat nasional yakni sebesar 4,25 persen (193.780 jiwa) hingga Maret 2023, dengan 0,54 persen berstatus miskin ekstrem.
"Kemiskinan ekstrem ini ibarat kerak di panci. Membersihkan kerak memang lebih sulit dan perlu waktu," ujarnya.
Endang menyampaikan kemiskinan ekstrem ini multidimensi, seperti karena pendidikan rendah, kesehatan menurun, tak terakses air bersih, rumah tidak layak, tak produktif dan berpendapatan rendah.
Terkait data nama dan alamat warga miskin yang terbaru berdasarkan data hasil Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek), Endang menyarankan pemerintah daerah dapat bersurat untuk meminta kepada Bappenas.
Tokoh pariwisata Al Purwa dan Ketua NCPI Bali yang juga Wakil Ketua Bali Binar Bhakti, Agus Maha Usadha, berpandangan perlu langkah nyata menangani warga miskin ekstrem ini.
"Harus berorientasi aksi. Kita harus turun dan bantu mereka secepatnya," ujarnya.
Kepala Bappeda Kabupaten Gianyar AA Dalem Jagadhita mengatakan pihaknya bersama instansi terkait tengah berusaha untuk melakukan pengentasan kemiskinan dan melakukan verifikasi faktual.
Apalagi angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Gianyar sebesar 1,65 persen, justru lebih tinggi dibandingkan angka kemiskinan Provinsi Bali yang sebesar 0,54 persen.
Sedangkan I Komang Kusuma Edi menambahkan dengan pola gotong royong pihaknya selama ini telah berhasil menghimpun dana maupun sembako untuk disalurkan.
"Kami di komunitas selama ini aktif membantu untuk pendidikan anak yatim piatu di berbagai pelosok Bali," ucapnya.
Baca juga: Pj Bupati Buleleng serahkan hasil bedah RTLH tekan kemiskinan ekstrem
Baca juga: Pastika: Putus siklus kemiskinan lewat prioritas pendidikan dan kesehatan
Baca juga: Gubernur Bali minta bank daerah bantu tangani kemiskinan ekstrem
Baca juga: BPD Bali bedah rumah 284 unit bantu entaskan kemiskinan
Baca juga: Pastika: Penanganan kemiskinan ekstrem Bali harus tahu data "by name"