Denpasar (ANTARA) - Pertanian organik berbasis Effective Microorganisme (EM) terbukti dapat mengembalikan kesuburan tanah yang semakin menurun akibat petani dalam mengolah lahan untuk mengembangkan berbagai jenis komoditas pertanian menggunakan pupuk dan pestisida kimia secara tidak terkendali.
Kesuburan tanah yang menurun akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia menyebabkan produksi yang diperoleh semakin berkurang, dengan kualitas yang rendah. Bahkan biaya produksi terhadap pengolahan lahan bisa lebih tinggi dari hasil panen, sehingga petani cenderung merugi, diperparah lagi produksi yang dihasilkan dihargai sangat murah, bahkan sulit dijual di pasaran.
"Petani dalam menghadapi kondisi yang demikian dituntut mampu bertindak bijak yakni bertani yang tidak merusak keseimbangan alam, namun mampu menghasilkan bahan pangan yang sehat dan melimpah yang dapat meningkatkan kesehatan dan umur harapan hidup," kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada Ir I Gusti Ketut Riksa.
Visi besar Mokichi Okada membangun pertanian organik tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Visi tersebut dipraktikkan langsung oleh Prof. Dr. Teruo Higa, dengan menerapkan temuannya EM Teknologi, yakni teknologi yang menggunakan mikroorganisme efektif (yang menguntungkan) ke dalam tanah.
Upaya yang dilakukan itu untuk meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki kualitas tanah, menyehatkan tanaman dan meningkatkan produktivitas tanaman pertanian.
Gusti Ketut Riksa juga merupakan Instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali. IPSA didirikan oleh Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP), sekaligus pakar dan pelopor pertanian organik.
Dr Wididana menjadi satu-satunya yang mendapat rekomendasi dari Prof. Dr. Teruo Higa (Jepang) untuk membawa teknologi Effective Microorganisme (EM) ke Indonesia tahun 1990 atau 33 tahun silam.
Baca juga: Dr Wididana: Kembangkan produk baru bervariasi berbasis EM
Teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan itu dapat mempercepat proses penyediaan unsur hara dari bahan organik menjadi unsur yang siap diserap tanaman, sehingga tanaman cepat subur.
Dr. Wididana, alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang adalah agen tunggal di Indonesia memproduksi dan memasarkan pupuk hayati EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan dan EM4 pengolahan limbah ke seluruh daerah di Nusantara yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.
Gusti Ketut Riksa menambahkan, "Kyusei" ala Mokichi Okada menjadi cikal bakal pertanian organik. Dalam Bahasa jepang “Kyusei” berarti menjaga keselamatan dunia. Dalam bidang pertanian penyelamatan dunia dikenal dengan istilah "Kyusei Nature Farming" yakni cara-cara bertani tanpa merusak keseimbangan alam guna menghasilkan bahan pangan yang sehat.
Hal itu menjadi cikal bakal pengembangan pertanian organik berbasis teknologi Effective Microorganisms (EM) yang kini berkembang lebih dari 130 negara di belahan dunia, telah terbukti mampu menghasilkan bahan pangan yang sehat untuk umat manusia.
Riksa mengatakan dalam mengembangkan pertanian Mokichi Okada memiliki lima prinsip utama yakni Pertama, dapat menghasilkan produk pangan yang berkualitas untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia. Kedua, menguntungkan secara material dan spiritual terhadap produsen dan konsumen. Ketiga, dapat menghasilkan produk pertanian yang kontinyu dan mudah dilakukan oleh setiap orang.
Keempat, seiring dengan perkembangan waktu dapat menjaga kelestarian alam dan Kelima, dapat mencukup kebutuhan pangan bagi penduduk dunia yang terus bertambah.
Baca juga: Pertanian organik berbasis EM hasilkan pangan sehat dan melimpah
Peluang, kesempatan dan ekonomi bergeliat
Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana bersama istri Komang Dyah Setuti dalam kunjungannya ke Jepang yang secara khusus menemui gurunya Prof. Teruo Higa baru-baru ini mendapat pujian dan dan acungan jempol terhadap kemajuan perkembangan EM di Indonesia.
Hal itu berkat dilandasi semangat, tekad dan kegigihan kerja keras secara tulus iklas sehingga EM itu berhasil diperkenalkan dan diaplikasikan kepada masyarakat Indonesia dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan limbah.
Upaya tersebut berpengaruh terhadap pasar. Pasar adalah produk hilir, yang bisa menampung, menyerap produk, membeli dan mengolah produk pertanian organik membentuk pasar baru, guna memenuhi permintaan konsumen, menggerakkan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada awal pertanian organik diusulkan, tahun 1990 atau 33 tahun yang lalu, masyarakat dan pemerintah belum paham akan maksud tujuan pertanian organik. Kerusakan lingkungan, tanah, air, udara, hewan, tanaman dan juga manusia, belum membuka mata hatinya untuk mengerti.
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia yang berlebihan oleh petani terus dilakukan, akibat pengetahuan akan pentingnya kesehatan dan lingkungan yang sehat saat itu masih terbatas.
Pemikiran mereka saat itu adalah bahwa cukup makanan dan bisa hidup hari ini merupakan tujuan generasi sekarang, masalah kehidupan generasi selanjutnya tidak perlu dipikirkan, biarlah dia yang memikirkannya.
Sampai akhirnya, penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia berlebihan tidak bisa mencukupi makanan manusia untuk generasi sekarang, karena hama dan penyakit tanaman berkembang lebih cepat dari teknologi kimia, yang menimbulkan kegagalan panen.
Selain itu produktivitas tanaman rendah, lingkungan menjadi semakin rusak dan kesehatan manusia menurun, penyakit manusia menjadi berkembang pesat, berpacu dengan penemuan obat obat kimia, dokter dan asuransi sibuk mengurus orang sakit.
Pakar dan pelopor pertanian organik, Dr. Wididana menjelaskan, berawal dari masalah kesehatan, pengetahuan manusia modern tentang kesehatan yang meningkat, manusia menyadari hubungannya yang sangat erat dengan lingkungan dan kesehatan.
Yang semuanya berawal dari pertanian organik, sebagai pemasok bahan makanan sehat dan berkualitas, masyarakat bisa menjadi sehat, lingkungan menjadi lestari.
Semua manusia membutuhkan kesehatan, yang harus diusahakan sepenuh daya. Di saat manusia sehat, mungkin kesehatan dianggap biasa-biasa saja, tidak bernilai. Namun di saat manusia sakit, barulah dia mengerti bahwa kesehatan harus dibeli dengan obat, yang harganya bisa tak terjangkau, tak terhingga.
Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan menggerakkan pertanian organik. Pemerintah mendukung pertanian organik melalui pelatihan, pendidikan yang mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan dan kesehatan secara alami melalui konsumsi produk pertanian organik.
Masyarakat membutuhkan produk pertanian organik, seperti sayur, kacang-kacangan, biji-bijian, khususnya beras. Produk pertanian organik juga diolah untuk bahan makanan, digunakan sebagai bahan baku obat dan kosmetik.
Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia mendukung pertanian organik. Wisatawan mengkonsumsi kuliner dan produk restoran, makanan sehat, perawatan kecantikan dan kebugaran dengan menggunakan bahan dari hasil pertanian organik.
Produk agrowisata, desa wisata, meditasi, yoga, dan berbagai latihan pengembangan diri dilakukan di daerah/lokasi yang alami, bernuansa pertanian organik dan lingkungan yang alami. Pertanian organik dan gaya hidup sehat menjadi kebutuhan, yang harus dipenuhi untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang berkualitas dan melestarikan lingkungan.
Pertanian organik berkembang berkat didukung oleh pasar, oleh permintaan masyarakat akan kesehatan dan kelestarian lingkungan. Sampai akhirnya, pemikiran baru lahir, bahwa lingkungan yang sehat dan bumi yang lestari bukan diwariskan oleh generasi sekarang ke anak cucu.
Tetapi justru anak cuculah yang memilikinya, generasi sekarang meminjamnya dari anak cucu, dan harus dirawat dengan baik, sehingga bumi bisa dikembalikan dengan baik kepada pemiliknya.
Pertanian organik memberi solusi dari kesalahan manusia sebelumnya, yang mengeksploitasi alam untuk memenuhi keserakahannya, justru yang didapat adalah kemiskinan, penyakit dan kerusakan lingkungan.
"Dengan pertanian organik, penghuni ekosistem alam, khususnya pertanian menjadi hidup sejahtera bersama, hidup mereka saling mendukung, saling berbagi dan saling mengasihi," tutur Dr Wididana, pelopor pertanian organik Indonesia.