TNI Angkatan Laut melalui Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut (Disbintalal) mengadakan simposium se-Asia Pasifik yang membahas pembinaan kesehatan mental prajurit atau "Asia Pacific Chaplaincy Symposium (APCS) 2023" di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (30/5).
Kegiatan pertemuan militer se-Asia Pasifik bagian kerohanian tersebut dibuka oleh Wakil Asisten Personel (Waaspers) Kasal Brigjen TNI Marinir Endang Taryo yang mewakili Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali.
Didampingi Kepala Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut (Kadispintal) Brigjen TNI Marinir Sandy Muchjidin Latief, Waaspers Kasal mengatakan simposium mengenai pembinaan mental prajurit di seluruh Asia Pasifik yang diselenggarakan oleh TNI Angkatan Laut itu baru pertama kali dilaksanakan oleh TNI maupun TNI Angkatan Laut.
"Harapan kami bahwa TNI dapat bertukar pikiran, diskusi dan mengambil langkah pemeliharaan mental di kalangan marinir Angkatan Laut. Kegiatan itu penting mengingat kompleksnya tantangan hidup dan perkembangan teknologi membuat mental prajurit juga terpengaruh," kata Taryo dalam sambutan pembuka.
Namun, pihaknya tidak bisa memberikan data yang akurat mengenal data prajurit TNI AL yang mengalami gangguan kesehatan mental. "Pastinya secara detail mungkin tidak bisa disampaikan di sini. Tetapi, secara garis besar, persentasenya kurang dari 1 persen," katanya.
Oleh karena itu, justru dengan keberhasilan TNI AL dalam membina mental prajurit TNI menjadi tolak ukur juga bagi negara-negara lain. Meskipun demikian, pemeliharaan mental prajurit terus digalakkan, terutama menjaga prajurit tak terpengaruh ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Dinas Bintal militer dari berbagai negara sahabat seperti Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan, Thailand dan Filipina. Selain itu, hadir juga perwakilan Atase Pertahanan (Athan) negara sahabat, Bintal Kementerian Pertahanan, Pusbintal TNI, Disbintal TNI AD, Disbintal TNI AU, SSDM Polri, BNN, BPIP RI, Majelis Ulama Indonesia serta perwakilan Bintal Kotama TNI AL.
Didampingi Kepala Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut (Kadispintal) Brigjen TNI Marinir Sandy Muchjidin Latief, Waaspers Kasal mengatakan simposium mengenai pembinaan mental prajurit di seluruh Asia Pasifik yang diselenggarakan oleh TNI Angkatan Laut itu baru pertama kali dilaksanakan oleh TNI maupun TNI Angkatan Laut.
"Harapan kami bahwa TNI dapat bertukar pikiran, diskusi dan mengambil langkah pemeliharaan mental di kalangan marinir Angkatan Laut. Kegiatan itu penting mengingat kompleksnya tantangan hidup dan perkembangan teknologi membuat mental prajurit juga terpengaruh," kata Taryo dalam sambutan pembuka.
Namun, pihaknya tidak bisa memberikan data yang akurat mengenal data prajurit TNI AL yang mengalami gangguan kesehatan mental. "Pastinya secara detail mungkin tidak bisa disampaikan di sini. Tetapi, secara garis besar, persentasenya kurang dari 1 persen," katanya.
Oleh karena itu, justru dengan keberhasilan TNI AL dalam membina mental prajurit TNI menjadi tolak ukur juga bagi negara-negara lain. Meskipun demikian, pemeliharaan mental prajurit terus digalakkan, terutama menjaga prajurit tak terpengaruh ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Dia menjelaskan kesan dari negara-negara anggota yang melihat keunikan dan kekhasan program mengenai isu kesehatan mental yang dikembangkan TNI AL.
Pihaknya mengakui bahwa kesehatan mental prajurit sangat berpengaruh terhadap kinerja prajurit di tempat tugas.
"Peran mental inilah yang membantu dalam mengendalikan problem-problem yang ada di TNI mengenai bagaimana mereka apabila mengalami stres dalam penugasan, baik di medan pertempuran maupun di penugasan biasa itu bisa dikendalikan," kata dia.
Dia mengatakan pelaksanaan APCS sengaja mengambil tema Fostering Ressilience Through Religious Support untuk membahas dan mempromosikan peran penting Perwira Bintal (Pabintal) dalam membentuk, memelihara, meningkatkan kondisi mental prajurit dan memberikan kesempatan bagi para Pabintal militer di wilayah Asia Pasifik untuk berbagi pengalaman, belajar tentang praktik terbaik dan membahas isu-isu penting dalam membina mental serta, mengeksplorasi solusi untuk Maslah yang dihadapi.
Selain menggelar simposium pada hari pertama, pertemuan tersebut dipadukan dengan mengunjungi beberapa tempat wisata religi di Bali seperti Istana Kepresidenan Tampak Siring, Pura Tirta Empul, Taman Budaya Garda Wisnu Kencana (GWK), Puja Mandala dan Grand Sari Kintamani-Bangli yang bertujuan untuk memperkenalkan budaya dan pariwisata Bali kepada para delegasi.
Sementara itu, US Navy 7th Fleet Chaplain Captain David Yang mengatakan dalam hal masalah mental yang dihadapi angkatan laut di berbagai negara, dia meyakini tidak berbeda dari satu negara dengan negara lain.
Dia menyebutkan anggota militer yang berusia 18 hingga 25 tahun adalah bagian terbesar dari populasi militer di dunia. Mereka adalah generasi muda saat ini, dan mereka menghadapi tantangan berbeda yang berbeda dari sebelumnya, dan jelas masalah mereka harus diselesaikan dan ditangani.
"Jadi, dalam hal bagaimana kami ikut berperan adalah sebagai tema pertemuan kami minggu ini, misalkan akhir pekan ini adalah memupuk ketahanan melalui dukungan agama," kata dia, didampingi oleh Kepala Dinas Pembinaan Mental dan Ideologi TNI AL Brigjen TNI Marsekal Sandy Muchjidin Latief.
"Jadi, dalam hal bagaimana kami ikut berperan adalah sebagai tema pertemuan kami minggu ini, misalkan akhir pekan ini adalah memupuk ketahanan melalui dukungan agama," kata dia, didampingi oleh Kepala Dinas Pembinaan Mental dan Ideologi TNI AL Brigjen TNI Marsekal Sandy Muchjidin Latief.
Dia sendiri berpendapat penting berbagi peran yang unik untuk dapat mempromosikan dan menumbuhkan kesiapan mental setiap prajurit. Karena itu, tak dapat disangkal kepercayaan berperan membantu meningkatkan kesehatan mental seseorang.
"Maksud saya, dengan mengamalkan keimanan seseorang dalam agama apa pun, apakah itu keimanan Muslim, apakah itu keimanan Kristen, apakah itu jenis keimanan yang berbeda, satu-satunya amalan yang kita yakini adalah yang mungkin terjadi mampu menghadapi tantangan dan masalah mental, dan sebagainya," kata dia.
David mengatakan mereka yang mempraktikkan keyakinan, cenderung tidak memiliki masalah mental dan juga melakukan aksi bunuh diri. Menurut dia, bunuh diri adalah masalah besar dalam masyarakat maupun militer.
"Dengan memupuk dan benar-benar menggunakan dan mempromosikan spiritualitas, saya percaya ada jalan ke depan untuk membantu kami para navy, membantu personel militer kami untuk dapat berkembang dalam hidup mereka," kata David.