Denpasar (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali melakukan pemeriksaan terhadap temuan kasus suspek penyakit campak di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.
“Ada suspek gejala menyerupai campak dan itu kita harus lakukan pemeriksaan ke laboratorium di Surabaya, jadi masih harus ditunggu positif tidaknya,” kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Bali, I Gusti Ayu Raka Susanti di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan kasus suspek campak terjadi pada anak berusia 4 tahun di Nusa Penida sekitar dua pekan yang lalu, di mana anak tersebut telah dipulangkan setelah dirawat inap beberapa hari.
“Selama dua kali masa inkubasi tetap kita pantau daerah sekitarnya apa ada anak yang bergejala sama, dan sampai sekarang lewat masa inkubasi campak tidak ada penambahan suspek atau gejala di Nusa Penida,” katanya.
Dinkes Bali tetap melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) meskipun menurut pemeriksaan awal anak tersebut telah mendapat imunisasi lengkap, sehingga ada potensi gejala yang dialami seperti demam disertai ruam merah sebagai infeksi virus lain.
Ia menyatakan satu-satunya pencegahan dari campak sendiri adalah melalui imunisasi, hal ini selaras dengan arahan Kemenkes yang meminta provinsi maupun kabupaten/kota melakukan langkah antisipasi Kejadian Luar Biasa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (KLB PD3I).
Arahan ini muncul dalam Surat Edaran Nomor IM.03.02/C/976/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Peningkatan Kasus dan KLB PD3I yang diluncurkan Direktorat Jenderal P2P Kemenkes.
Di sana disebutkan angka kasus yang tinggi pada 2022, yaitu terdapat satu KLB Polio cVPDV2, 64 KLB campak, 10 KLB rubela, dan 126 KLB difteri.
“Selama ini kalau KLB PD3I kita di Bali bisa dikatakan belum ada, setidaknya tidak seperti provinsi lain yang ditemukan KLB difteri, pertusis, polio. Kalau campak kita ada beberapa (tahun 2022) tapi tidak disebutkan sebagai KLB karena tidak menyebar,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa satu-satunya cara pencegahan terhadap PD3I adalah imunisasi, dan apabila ditemukan suspek harus segera dilakukan PE, pengambilan sampel, dan tracing kontak.
Dinkes Bali menilai bahwa angka PD3I yang rendah di Pulau Dewata dipengaruhi oleh tingkat imunisasi dasar lengkap yang tinggi, yaitu 100,33 persen sepanjang 2022 dan 26,56 persen selama Januari-April 2023, demikian I Gusti Ayu Raka Susanti .