Denpasar (ANTARA) - Dinas Kebudayaan Provinsi Bali mencatat saat ini tinggal 49 desa atau enam persen dari 716 desa/kelurahan di daerah itu yang tidak melaksanakan acara Bulan Bahasa Bali sepanjang Februari 2023.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi I Gede Arya Sugiartha di Denpasar, Senin, mengatakan selama sebulan ini Bulan Bahasa Bali digelar dengan baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga sekolah-sekolah.
"Kalau dievaluasi, hasilnya cukup membanggakan, terutama dari segi partisipasi yang ada peningkatan signifikan. Kalau tahun lalu ada 277 desa yang tidak mengikuti pelaksanaan Bulan Bahasa Bali," ujarnya.
Namun, pada tahun ini tinggal 49 desa yang tidak mengikuti atau sekitar enam persen. Oleh sebab itu, Disbud Bali ke depan akan terus mendorong.
Mantan Rektor ISI Denpasar ini menambahkan memang orientasi pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ke-5 tahun 2023 ini, tidak lagi menyelenggarakan besar-besaran di tingkat provinsi, tetapi membumikan di tingkat akar rumput di desa-desa.
"Kalau sudah menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa, saya kira upaya kita untuk membumikan bahasa Bali lebih efektif," ucap Arya Sugiartha.
Terkait dengan beberapa desa yang belum melaksanakan Bulan Bahasa Bali, nanti akan dicermati lagi, akan disurati, sehingga untuk tahun depan bisa melaksanakan 100 persen.
"Kabupaten Klungkung 100 persen desa melaksanakan Bulan Bahasa Bali. Kalau kabupaten lain ada 2 desa, 4 desa yang belum melaksanakan. Dukungan dana sudah ada di semua desa yang sudah mempunyai APBDes," ucapnya.
Demikian pula, kata Arya Sugiartha, Gubernur Bali dalam setiap bertemu dengan kepala desa, bendesa adat selalu menyisipkan pembagian DPA yang dikelola oleh desa itu agar dialokasikan untuk kegiatan budaya salah satunya kegiatan Bulan Bahasa Bali.
"Gubernur Bali Wayan Koster dijadwalkan menutup Bulan Bahasa Bali yang merupakan salah satu Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru," ujarnya.
Terkait dengan konservasi lontar, kata dia, memang belum banyak yang dikonservasi. Tahun lalu 1.000 lontar, tahun ini sebanyak 1.450, dan masih banyak masih ada di masyarakat yang belum dikonservasi.
"Sebenarnya masih ada program, setelah konservasi lontar itu akan dikaji. Tahun lalu ada kajian usada, dan tahun ini juga tetap terkait usada, karena di situ kita bisa membuat kebijakan baru tentang pengobatan tradisional,” harapnya.
Sementara itu, untuk acara penutupan Bulan Bahasa Bali ke-5 dengan tema "Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani" ini, Pemerintah Provinsi Bali bakal menyerahkan Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada dua tokoh yang memiliki komitmen menjaga dan melestarikan aksara, sastra dan bahasa Bali.
Pada kesempatan itu, juga diisi dengan penyerahan piagam Penetapan Warisan Budaya Tak Benda untuk baik yang ada di tingkat Provinsi Bali ataupun di kabupaten kota.
Rangkaian acara kemudian ditutup dengan pergelaran Drama Gong "Nyomia Mrana" oleh Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas.
Baca juga: Drama Gong Lawas tampil di Penutupan Bulan Bahasa Bali 2023
Baca juga: Pemkab Buleleng merawat sastra dan budaya melalui Bulan Bahasa Bali
Baca juga: Pemkot Denpasar: Bulan Bahasa Bali jembatan budaya dan globalisasi
Baca juga: Tujuh kegiatan utama Bulan Bahasa Bali bakal digelar sebulan penuh
Baca juga: Bulan Bahasa Bali 2023 padukan kemasan masa lalu dan kekinian