Jakarta (ANTARA) - Dua tahun lalu, keramaian turis yang memilih liburan akhir tahun di Bali sama sekali tidak terasa. Pada Desember 2020, jalanan di Bali begitu sepi. Toko oleh-oleh ternama yang biasanya dipenuhi bus-bus wisata dan mobil turis kosong melompong. Hotel dan vila pun sepi.
Dua tahun kemudian, pada bulan yang sama, pemandangan menyedihkan yang terjadi pada awal pandemi betul-betul berubah. Bali mulai ramai kembali oleh turis mancanegara yang berseliweran naik motor sewaan. Jalanan di Ubud yang semula sepi berubah menjadi padat karena volume kendaraan yang membeludak.
Ini menjadi bukti bahwa industri pariwisata telah menggeliat. Sama seperti masyarakat yang harus beradaptasi, industri dituntut bisa menyesuaikan diri. Sejumlah strategi dikerahkan untuk bisa bertahan sembari menanti kondisi pulih kembali.
Pada awal pandemi, ketika orang-orang masih berdiam diri di rumah, aktivitas wisata dilakukan secara virtual. Jalan-jalan dilakukan lewat menatap layar ponsel atau komputer, melihat berbagai tur virtual yang diselenggarakan di sana-sini.
Tentu saja kepuasannya berbeda dibandingkan menjejakkan kaki secara langsung ke tempat baru. Sebab, hanya penglihatan dan pendengaran yang bisa dipuaskan saat mengikuti wisata virtual.
Setelah vaksinasi bergulir dan kondisi mulai kondusif, masyarakat mulai berani untuk bepergian. Pariwisata dalam negeri menjadi primadona. Orang-orang berlomba-lomba mencari tempat yang disebut "hidden gem". Lokasi yang tadinya tidak diketahui banyak orang menjadi ramai.
Tren "Staycation" kian populer. Hotel dengan fasilitas lengkap bisa menjadi pilihan menyegarkan suasana setelah beraktivitas sepanjang hari di rumah.
Ketika promosi juga digencarkan oleh warganet lewat media sosial, banyak akomodasi yang menata diri dengan dekorasi estetik yang menarik.
Jadi, bukan cuma urusan harga dan kebersihan yang dipikirkan oleh konsumen, melainkan juga faktor apakah sebuah tempat termasuk kategori "Instagrammable" atau cocok dijadikan konten di TikTok.
Lalu, "workcation" juga digandrungi. Mereka yang tak dituntut untuk bekerja di kantor mencari tempat yang asyik untuk bekerja. Bahkan ada program Work from Bali yang digagas untuk meningkatkan perekonomian pulau Dewata.
Tahun ini, tren tersebut diprediksi masih akan digandrungi masyarakat. Tren pariwisata lain yang sepertinya bakal mengemuka pada 2023 adalah "bleisure" karena para karyawan mulai leluasa untuk bepergian melakukan perjalanan dinas.
"Bleisure" adalah gabungan kata "business leisure", bisa menjadi oase bagi mereka yang sering melakukan perjalanan untuk urusan kantor. Di sela bekerja, individu bisa sekaligus menjelajahi lokasi sekitar, sekaligus mencicipi kuliner khas di sana. Bisa dibilang, "bleisure" itu seperti "liburan tipis-tipis".
Acara-acara besar seperti perhelatan MotoGP di Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali turut menyumbang volume wisatawan asing ke Indonesia.
Pemerintah mematok target tinggi untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tahun 2023. Kunjungan wisatawan mancanegara diharapkan dapat mencapai angka 7,4 juta dan wisatawan nusantara mencapai 1,2-1,4 miliar pergerakan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno optimistis target ini bisa tercapai, didukung program yang bisa menjadi daya tarik pengunjung, termasuk acara FIBA World Cup di Jakarta dan World Beach Game di Bali.
Bali sebagai salah satu destinasi unggulan di Indonesia diharapkan dapat menopang target tersebut dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 4 juta. Sepertinya Bali bisa menjawab tantangan tersebut, sebab industri pariwisata di pulau ini pulih begitu cepat, seperti diamini oleh Co-Founder & Chief Marketing Officer tiket.com Gaery Undarsa.
Tahun ini, tampaknya biro perjalanan daring mulai menikmati buah kesabaran selama awal pandemi. Sambil menanti situasi kembali normal, para pelaku sektor pariwisata meluncurkan inovasi demi inovasi untuk menarik perhatian konsumen. Fitur-fitur yang relevan dengan kebutuhan dan kondisi pandemi diperkenalkan.
Biro perjalanan daring dan platform pemesanan akomodasi menyediakan fitur di mana konsumen dapat memilih produk yang terjamin kebersihannya. Fleksibilitas untuk mengubah tanggal menginap atau tanggal keberangkatan juga jadi hal yang dipertimbangkan karena tidak ada yang tahu kapan pembatasan kembali diberlakukan.
Meski ada bayang-bayang resesi, sektor pariwisata tampaknya akan kian bergelora pada 2023. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2022, sektor perjalanan menunjukkan tren pemulihan bertahap. Diprediksi sektor ini akan pulih tahun ini dan tahun 2024.
Data internal Traveloka pada kuartal ketiga tahun 2022 menunjukkan peningkatan pemesanan naik 40 persen untuk perjalanan destinasi domestik. Sementara itu, peningkatan pemesan untuk perjalanan destinasi internasional naik lima kali lipat.
Biro perjalanan daring Pegipegi mencatat kenaikan signifikan di semua lini pemesanan akomodasi dan transportasi.
Menurut Senior Corporate Communications Manager Pegipegi, Busyra Oryza, kepada ANTARA, pemesanan akomodasi naik 10 persen, penerbangan naik 50 persen, kereta api naik 90 persen dibandingkan tahun 2021.
Berdasarkan hasil survei dalam Pegipegi Travel Report 2022 terhadap lebih dari 450 responden pelanggan Pegipegi, 80 persen responden tetap berencana melancong meski di bawah bayang-bayang risiko resesi ekonomi dan sekitar 19 persen belum memutuskan. Bahkan, sekitar 62 persen responden sudah memiliki lebih dari tiga rencana perjalanan untuk tahun depan.
Mereka yang berencana melancong pada tahun 2023, sekitar 62 persennya ingin bepergian menuju destinasi domestik. Sementara, 33 persen lainnya yang berencana mengombinasikan destinasi domestik dan internasional untuk agenda traveling mereka.
Busyra berpendapat kenaikan minat melancong masyarakat, yang naik 24 persen dibandingkan data 2020, menunjukkan kekhawatiran terhadap risiko COVID-19 telah menurun seiring pulihnya situasi yang membuat minat masyarakat berwisata kembali menggelora.
Dahaga untuk melancong ditambah dengan situasi yang membaik menjadi kombinasi elok untuk masa depan pariwisata di Tanah Air yang cerah. Tahun 2023 menjadi momen untuk menyambut pariwisata yang sepertinya akan kian bergairah.
Tentunya keinginan untuk berwisata harus dibarengi dengan kesadaran menjaga protokol kesehatan mengingat pandemi belum berakhir, termasuk mendapatkan vaksin penguat saat kelak sudah tersedia untuk semua kalangan.
Jangan lupa untuk senantiasa menjaga kebersihan di tempat wisata agar lokasi yang disebut "hidden gem" alias "permata tersembunyi" bisa terus bersinar, sehingga menambah daftar keindahan ibu pertiwi yang patut dikunjungi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menyambut pariwisata yang semakin bergairah
Menyambut pariwisata yang kian bergairah
Oleh Nanien Yuniar Senin, 2 Januari 2023 6:46 WIB