Denpasar (ANTARA) - Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Agung Suprio mengatakan bahwa Universitas Udayana akan dilibatkan dalam penyelenggaraan riset Minat Kepentingan Kenyamanan Publik (MKK) di Bali pada tahun 2023.
"Tahun depan rencananya MKK akan dimulai di Bali, dan akan melibatkan Universitas Udayana kira-kira begitu," kata Agung di Denpasar, Rabu.
Ketua KPI Pusat itu mengatakan bahwa penyelenggaraan riset di Bali untuk mengetahui minat serta kepentingan dan kenyamanan penonton itu sejalan dengan keinginan KPID Bali agar lebih banyak lagi terlibat.
"Ya sekarang ini kan MKK dengan Universitas Negeri Gorontalo, sudah sempat Universitas Padjajaran, besok (2023) Universitas Udayana. Jadi nanti Unud yang terlibat secara aktif merumuskan Minat Kepentingan Kenyamanan Publik," ujarnya.
Agung mengatakan, diseminasi hasil riset yang dilakukan setiap tahunnya menjadi penting, hal tersebut lantaran akan selalu ada perubahan pada publik, seperti tren yang berkembang dan harus dielaborasi lebih lanjut.
Dalam kegiatan Diseminasi Hasil Riset Minat Kepentingan Kenyamanan Publik antara KPI Pusat dengan Universitas Negeri Gorontalo di Gedung FISIP Unud Denpasar, Dekan FISIP Unud Dr. Drs. I Nengah Punia mengaku menyambut baik rencana tersebut.
"Kalau kami sebagai institusi pendidikan yang memang bergerak di bidang penelitian kami siap menerima itu, dan melaksanakan kegiatan karena apapun alasannya KPI Pusat sebagai institusi independen bergerak di bidang pengawasan penyiaran itu penting untuk diketahui kenyataannya di lapangan seperti apa," kata Punia.
Baca juga: KPI: Hasil riset MKK jadi syarat pembuatan tv digital baru
Dekan berharap kerja sama tersebut dapat berlanjut, mengingat pihaknya dan Komisi Penyiaran Indonesia memiliki kerja sama yang baik sejauh ini.
Sementara itu, pada tahun 2022 ini KPI Pusat dan Universitas Negeri Gorontalo telah menyelesaikan riset MKK yang dilakukan di tiga wilayah yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango sejak Maret-Juni.
Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa indeks minat, kepentingan dan kenyamanan publik tertinggi ada pada program siaran hiburan, sementara program siaran olahraga menempati posisi terendah.
Meskipun demikian, intensitas waktu masyarakat menonton siaran televisi masih terbilang rendah, di mana siaran hiburan hanya menyita 39-116 menit waktu per harinya, atau setara 2-5 kali sehari.
Rektor Universitas Gorontalo Dr. Edward Wolok mengungkapkan bahwa indeks minat, kepentingan dan kenyamanan publik di daerahnya belum terbilang tinggi, dengan angka 4,25 persen untuk Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo 4,09 persen, dan Kota Gorontalo 4,35.
Baca juga: KPI: migrasi TV analog ke digital di Bali setelah Piala Dunia
"Kaum terpelajarnya banyak di Kota Gorontalo, tetapi yang harus kita perhatikan adalah kepercayaan terhadap sosial media, portal, dan streaming mengalami peningkatan signifikan, tapi di sisi lain kita menyadari dan meyakini bahwa tidak seluruhnya peningkatan ini seiring dengan validasi pemberitaan," kata dia.
Edward melihat indeks rendah tersebut dapat terjadi karena peralihan kondisi masyarakat pasca pandemi. Di mana masyarakat kembali normal dari yang sebelumnya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah.