Denpasar (ANTARA) - Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat untuk menindaklanjuti rekomendasi komisi itu terkait sinetron dengan konten negatif.
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Bali, I Made Sunarsa rekomendasikan tayangan televisi, salah satunya sinetron yang mengandung konten negatif, agar ditindaklanjuti oleh KPI Pusat.
"Beberapa sinetron sudah direkomendasikan, kemarin kita merekomendasikan beberapa tayangan sinetron dari televisi nasional untuk ditindaklanjuti oleh KPI pusat, karena itu rata-rata adalah kekerasan, merokok, sinetron dewasa dan ditayangkan pada jam-jam, dimana anak-anak bisa nonton. Nah itu yang sudah kami kirimkan," jelas Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Bali, I Made Sunarsa di Denpasar, Rabu.
Ia menyebutkan beberapa rekomendasi berupa sinetron yang diputar secara nasional yang diajukan agar ditindaklanjuti oleh KPI Pusat, terkait dengan konten masalah kekerasan, Napza yang ada konten merokoknya, dan tayangan yang tidak baik untuk disimak oleh anak-anak.
Made Sunarsa menegaskan, apabila didapati televisi lokal yang juga menayangkan tayangan itu akan diberikan teguran karena merupakan kewenangan daerah. Sedangkan apabila berkaitan dengan konten tayangan secara nasional, hanya sebatas merekomendasikan ke KPI Pusat.
"Ada adegan ngerokok, ada adegan yang berdarah-darah, saling main pukul itu yg kita rekomendasikan, cuma kalau kita membatasi jumlah tayang misalkan anak-anak, kita sudah bikinkan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) kita terbaru itu bagaimana bisa memilih dan melindungi anak-anak agar orang tua bijak memilah dan memilih siaran," lanjutnya.
Baca juga: DPRD Bali Minta KPID Awasi Iklan Politik
Made Sunarsa menambahkan beberapa channel televisi, selama dua minggu terakhir telah menayangkan ILM ini, yang berdurasi satu menit. ILM yang khusus diputar untuk anak-anak dengan judul Iklan, "pilah dan pilih konten siaran".
Menurut dia, terkait dengan terpaparnya tayangan sinetron dikalangan anak-anak dapat berdampak ke perilaku anak. Salah satunya, penggunaan kata-kata yang tidak sopan dari anak kepada orang tua dan menunjukkan perilaku yang mengandung kekerasan.
"Saya kira diiklan itu sudah disampaikan bagaimana anak-anak suka kekerasan dan suka mengungkapkan kata-kata yang tidak layak diungkapakan oleh anak, menunjukkan anak yang tidak hormat dengan org tua, terus dari iklan itu juga ada bagaimana sebaiknya sikap orang tua dan anak kepada orang tua," terang Made Sunarsa.
Baca juga: KPID Bali berusaha atasi "blank spot" TV di Buleleng