Denpasar (ANTARA) - Sebanyak 10 ribu terapis spa di Bali ditargetkan mendapatkan pelatihan dan sertifikasi secara gratis pada 2023 untuk mendukung Bali sebagai percontohan wisata kebugaran dan sekaligus membangun kecintaan pada Ethnowellness Nusantara.
Ketua Umum Wellness and Healthcare Enterpreneur Association (WHEA) Agnes Lourda Hutagalung dalam acara IWSPA Reborn-Empowering Ethnowellness Nusantara di Denpasar, Jumat, mengatakan di Bali sedikitnya terdapat 1.100 spa dengan berbagai level dan variasinya.
"Kami memiliki keinginan untuk membangkitkan wellness tourism (wisata kebugaran) di Bali, agar pulau ini mampu sebagai lokomotif untuk mengangkat dan menjadikan Ethnowellness Nusantara sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia untuk dunia," ujarnya.
Ethnowellness Nusantara ini diartikan sebagai sistem kebugaran yang tersebar dalam berbagai kelompok etnik di Nusantara berupa ramuan, pijat, urut, olah fisik, maupun olah batin yang dipraktikkan secara turun-temurun dan dimiliki etnik di Nusantara.
Sumber Ethnowellness Nusantara ini banyak tertulis dalam manuskrip yang dimiliki kerajaan/keraton maupun sumber lisan yang terpelihara di masyarakat, tersebar melalui mulut ke mulut dari generasi ke generasi.
Berdasarkan hasil kajian, Lourda menyampaikan di Bali terdapat 1.100 spa. Namun karena pandemi COVID-19, sebanyak 34 persen tidak sanggup bangkit kembali.
Melalui pelatihan tersebut, pihaknya berharap para terapis spa bisa mendapatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, serta kecintaan pada Ethnowellness Nusantara. Dengan demikian tidak saja terampil dalam memijat, namun juga memahami filosofinya sehingga bisa memberikan cerita (story telling) pada konsumen.
Baca juga: BP3TKI: 37 WNI masih di China bekerja sebagai terapis spa
Mereka yang akan dilatih itu tidak hanya yang sudah bekerja sebagai terapis, sekaligus para manajer spa hingga para pemijat di pantai.
"Sedangkan melalui sertifikasi dan re-sertifikasi ini akan mendukung para terapis spa dan lembaga usaha yang ada untuk dapat kembali bekerja dan beroperasi sesuai dengan standar yang dibutuhkan," ucapnya pada acara yang dipusatkan di Dinas Pariwisata Provinsi Bali itu.
Program pelatihan akan mengajarkan keseluruhan materi terkait kebugaran, dengan modul dan kurikulum yang dirancang khusus dan lengkap.
Bahkan dinilai lebih lengkap dari berbagai sertifikasi yang sudah ada, sehingga sertifikasi Ethnowellness ini dapat menjadi patokan standar untuk semua terapis yang ada.
Keseluruhan program yang memperkenalkan Ethnowellness Nusantara ini merupakan kerja bersama Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA) dengan Wellness and Healthcare Enterpreneur Association (WHEA) dan Indonesia Wellness Master Association (IWMA).
Kemudian dengan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), International Association of Medical Regulatory Authorities (IAMRA) dan Konsil Kedokteran Indonesia untuk secara bersama-sama dan bahu membahu membangkitkan kembali wisata kebugaran di Bali dan Indonesia.
Baca juga: Pemijat Serentak Pecahkan Rekor Muri
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun menyatakan mendukung upaya untuk membangkitkan wisata kebugaran di Bali sekaligus menjadikab Pulau Dewata sebagai daerah percontohan.
Pihaknya pun berterima kasih karena sebanyak 10 ribu terapis spa di Bali ditargetkan bisa mendapatkan pelatihan dan tersertifikasi pada 2023.
"Potensi spa di Bali sangat besar karena wisatawan yang datang ke Bali memang menginginkan, namun pemahaman dan keahlian yang dimiliki baru sepenggal-sepenggal," ucap Tjok Bagus.
Pengembangan wisata kebugaran di Pulau Dewata dinilai akan mendukung pariwisata Bali yang saat ini sedang dalam masa pemulihan dari pandemi COVID-19. Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali saat ini 9.000 sampai 10.000 orang per hari dengan 24 maskapai penerbangan.
10 ribu terapis spa di Bali akan tersertifikasi pada 2023
Jumat, 7 Oktober 2022 18:20 WIB