Badung (ANTARA) - Pertemuan tingkat menteri bidang transisi energi (ETMM) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat, menyepakati usulan Indonesia dalam dokumen "Bali Compact" yang berisi prinsip-prinsip dan strategi jangka pendek untuk transisi menuju energi bersih.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat menyampaikan hasil pertemuan kepada para jurnalis mengaku senang usulan Indonesia itu dapat diterima oleh seluruh anggota G20.
"Artinya, Bali sekali lagi diakui menjadi tempat yang mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi warga dunia," kata Arifin Tasrif pada akhir sesi taklimat media.
Bali Compact atau Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions berisi sejumlah prinsip yang dapat menjadi acuan negara-negara mewujudkan transisi energi dari energi berbasis bahan bakar fosil (brown energy) menuju energi baru dan terbarukan (green energy).
Baca juga: Indonesia ajak anggota G20 bantu negara berkembang terdampak krisis energi
"Prinsip-prinsip (usulan Indonesia) ini bertujuan memperkuat perencanaan di tingkat nasional beserta implementasinya untuk memperkuat ketahanan energi, dan stabilitas pasar, serta mewujudkan persediaan energi yang lebih resilien dan infrastruktur pendukungnya, demi meningkatkan efisiensi, investasi dan pendanaan, serta memperkuat kerja sama di pengembangan teknologi dan inovasi," kata Menteri ESDM saat membuka pertemuan.
Tidak hanya itu, Bali Compact juga memuat pendekatan komprehensif untuk mewujudkan dunia tanpa emisi (zero emission) yang menjadi tujuan bersama negara-negara dunia.
Usai mendapat persetujuan dari para menteri, Bali Compact usulan Indonesia itu bakal kembali dibahas oleh para pemimpin negara-negara G20 pada konferensi tingkat tinggi (KTT) atau G20 Leader’s Summit pada 15–16 November 2022 di Nusa Dua, Bali.
Baca juga: Pertemuan negara G20 di Bali sepakat percepat transisi energi
Walaupun demikian, pertemuan para menteri energi G20 yang berlangsung selama satu hari gagal mencapai konsensus sehingga tidak dapat menghasilkan communique — kesepakatan bersama terkait isu-isu yang dibahas dalam pertemuan.
"Kami tidak dapat menghasilkan output berupa communique, karena ada perbedaan pandangan beberapa negara. Oleh karena itu, output pertemuan berupa rangkuman pimpinan (chair’s summary) yang berisi seluruh isi pembahasan dan perdebatan selama sesi intervensi dalam pertemuan," kata Arifin Tasrif.
Terlepas dari hasil itu, Menteri ESDM yang bertindak sebagai ketua pertemuan, menyampaikan negara-negara produsen dan konsumen energi utama dunia sama-sama menyoroti pentingnya meningkatkan investasi dan akses terhadap pembiayaan untuk energi bersih.
Tidak hanya terkait pembiayaan, para menteri juga sepakat untuk meningkatkan inovasi di bidang teknologi demi mewujudkan transisi energi yang ramah lingkungan, berkelanjutan, berkeadilan, inklusif, dan terjangkau, khususnya bagi negara-negara berkembang.
Baca juga: AS dorong Indonesia untuk kembangkan bisnis energi terbarukan
Indonesia juga mengajukan inisiatif berupa peta jalan transisi energi (Bali transition roadmap) demi memastikan agenda transisi menuju energi baru dan terbarukan terus berlanjut.
"Peta jalan itu menyediakan kerangka kerja untuk mempercepat transisi energi melalui tiga area kerja prioritas, yaitu mengamankan akses ke sumber energi, meningkatkan teknologi energi pintar dan bersih, dan menambah pembiayaan untuk energi bersih," kata dia.
Pertemuan tingkat menteri G20 untuk transisi energi yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Jumat, dihadiri setidaknya oleh 19 menteri dan wakil menteri dari negara anggota G20, serta enam menteri dan wakil menteri negara nonanggota G20.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh perwakilan dari 11 organisasi internasional, di antaranya Bank Dunia, UNIDO, UN ESCAP, UNDP, OECD, OPEC, IRENA, IEA, SEforAll, ERIA, dan IEF.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: ETMM G20 sepakati "Bali Compact" usulan RI untuk transisi energi