Denpasar (ANTARA) - Anggota DPD RI Made Mangku Pastika mengajak masyarakat Bali agar kompak jika ingin rencana pembangunan Bandara Bali Utara bisa terwujud, apalagi setelah rencana pembangunannya dicoret dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Masyarakat kita jangan belum apa-apa sudah berkelahi dulu, jadi investornya kabur dan takut. Itu yang terjadi pada kita ini," kata Pastika yang juga mantan Gubernur Bali itu di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, masyarakat dan para tokoh publik, sebaiknya jangan merasa sok tahu bahwa Bandara Bali Utara cocoknya di sini atau di situ layaknya semua menjadi ahli penerbangan.
"Jangan berkelahi dulu sok tahu, mau di sinilah, di situlah. Penerbangan itu menyangkut keselamatan pesawat dan manusia. Jadi bukan soal bagusnya di sini atau di situ, yang ahli penerbangan dulu ditanya," ucapnya.
Kemudian nanti akan ada studi kelayakan, amdal, dan bagaimana dampaknya jika masih ada persoalan supaya bisa diatasi.
"Yang penting bersatu dulu, setuju atau mau nggak dibangun Bandara Bali Utara. Soal investasi di Bali, yang penting itu kompak, jangan belum apa-apa sudah tolak, belum ngerti udah tolak dan demo berjilid-jilid," ujarnya menegaskan.
Baca juga: Waskita-BIBU teken MoU proyek Bandara Bali Utara
Pastika pun menyayangkan rencana pembangunan Bandara Bali Utara sudah tidak masuk dalam Proyek Strategis Nasional.
"Namun, kalau memang kita dibantu dalam program Public Private Partnership, mungkin masih bisa diteruskan," kata anggota Komite 2 DPD yang membidangi pertanian, perhubungan, kelautan, perikanan, energi, perdagangan, kehutanan dan sebagainya itu.
Oleh karena pembangunan bandara terkait dengan keselamatan penerbangan dan keselamatan manusia, hal itu pula yang menyebabkan rencana pembangunan Bandara Bali Utara tersebut bolak balik pilihan lokasinya dari kawasan timur dan barat Kabupaten Buleleng.
"Pertama kali memang dulu saya sarankan di Gerokgak, karena di sana ada tanah provinsi 650 hektare, itu tinggal nambah sedikit sudah jadi. Tetapi kemudian dari survei yang dulu dilakukan, kenapa tidak bisa karena dikelilingi bukit, belum lagi masalah angin," kata mantan Kapolda Bali ini.
Sedangkan Lapangan Terbang Letkol Wisnu yang berada di Buleleng bagian barat di Desa Sumber kima Gerokgak, yang selama ini digunakan untuk pelatihan itu, kecil-kecil pesawatnya.
"Tetapi manuvernya juga tidak bisa di situ, harus ke Belimbing Sari di Banyuwangi. Nanti ke situ tinggal balik saja mendarat. Kalau untuk muter-muter di situ (Gerokgak-red) nggak berani karena lokasinya dinilai tidak aman," ucapnya.
Baca juga: PT BIBU gaet investor China untuk bangun bandara Bali Utara
Sehingga, lanjut Pastika, mulailah beralih ke Kubutambahan dan saat itu ada dua konsultan yang tertarik, yang satu rencananya di darat menggunakan lahan milik desa adat.
"Sedangkan yang satu lagi rencananya di laut, persis di punggungnya Pulau Bali, sebagian reklamasi dan laut. Jadi landasan pacunya di laut. Menurut teori mereka, sehingga tidak perlu ada pembebasan lahan dan tidak perlu merusak lahan yang produktif karena sawah di sekitar itu bagus sekali," ujarnya.
Namun, kemudian terjadilah persaingan antara konsultan yang berencana membangun di darat dan yang di laut. "Namanya proyek triliunan sehingga berebut mana yang lebih benar. Ini terjadi tarik ulur," ucap Pastika.
Kemudian desa adat malah tidak begitu setuju lahan itu dipakai untuk pembangunan bandara, belum lagi lahan itu masih dikontrak orang. Jadi tidak bisa begitu saja, sehingga alternatifnya ke laut.
"Pembangunan bandara di laut ini dulu rencananya yang mau mengerjakan Pemerintah Kanada. Tetapi karena kelamaan nggak jadi-jadi, ya nggak jadi akhirnya," kata Pastika.